"HARI Proklamasi kali ini diperingati ribuan petani Lampung dengan bertopang dagu melamunkan ribuan hektare tanaman padi sawah mereka yang rusak dan gagal panen akibat anomali kemarau!" ujar Umar. "Penyebab utama kegagalan panen mereka terletak pada kenyataan, sudah 66 tahun merdeka tapi sawah mereka masih tadah hujan! Ketika terjadi anomali musim seperti sekarang, tanaman padi mereka kekeringan!" (Lampung Post, 14-8)
"Diperkirakan 50% petani tanaman padi di Lampung masih mengandalkan sawah tadah hujan!" timpal Amir. "Lokasi sawah tadah hujan mereka tanpa kecuali di sekitar ibu kota provinsi, Bandar Lampung, seperti Natar, Jatiagung, Tanjungbintang, Merbaumataram, dan Katibung!"
"Irigasi teknis selama reformasi dibangun hanya proyek nasional bantuan asing yang dikerjakan Nippon Coy dari Bekrike Gayabaru, Lampung Tengah!" tegas Umar. "Selain itu, semua irigasi teknis dibangun zaman sebelum reformasi! Malah di Kabupaten Tanggamus, banyak irigasi teknis sudah kurang baik hingga praktis petani kembali bertanam gaya sawah tadah hujan!"
"Diperkirakan 50% petani tanaman padi di Lampung masih mengandalkan sawah tadah hujan!" timpal Amir. "Lokasi sawah tadah hujan mereka tanpa kecuali di sekitar ibu kota provinsi, Bandar Lampung, seperti Natar, Jatiagung, Tanjungbintang, Merbaumataram, dan Katibung!"
"Irigasi teknis selama reformasi dibangun hanya proyek nasional bantuan asing yang dikerjakan Nippon Coy dari Bekrike Gayabaru, Lampung Tengah!" tegas Umar. "Selain itu, semua irigasi teknis dibangun zaman sebelum reformasi! Malah di Kabupaten Tanggamus, banyak irigasi teknis sudah kurang baik hingga praktis petani kembali bertanam gaya sawah tadah hujan!"
"Di kawasan Wonosobo, Pesawahan sekitarnya, masih di Tanggamus, banyak sungai kering hingga jaringan irigasinya tak berguna dan rakyat menggarap sawahnya dengan cara tadah hujan juga!" timpal Amir. "Sungai-sungai itu kering karena hutan di hulu dibabat penggarap liar, yang belakangan dilegalisasi dalam program hutan kemasyarakatan! Sekitar 20 ribu keluarga penggarap hutan di Tanggamus yang 'diwisuda' jadi 'plasma' program hutan kemasyarakatan!"
"Demikianlah gambaran serba kontradiktif nasib rakyat jelata dalam era 66 tahun merdeka!" tegas Umar. "Rakyat yang punya sawah irigasi teknis sumber airnya kering karena penggarap liar hutan yang dilegalisasi, petani lalu bertanam padi tadah hujan, akibat anomali iklim gagal panen pula!"
"Itu variasinya!" tukas Amir. "Pokok masalah, 66 tahun merdeka banyak petani yang masih hidup bergantung pada sawah tadah hujan, meleset sedikit saja rotasi musim—padahal sekarang jadwal musim bukan saja tak pernah tepat lagi, melainkan malah sukar ditebak—gagal panenlah mereka dengan segala konsekuensi penderitaannya!"
"Untuk mengatasi derita agar tak berlarut-larut, selain menjaga keseimbangan pengembangan hulu dan hilir, pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten) tak boleh lupa membangun irigasi teknis baru dan rehabilitasi irigasi lama!" tegas Umar. "Jangan sampai, makin lama merdeka kian sengsara saja rakyatnya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar