"ANDA pindahan dari SMA 200, ya?" tanya Budi ke siswa baru. "Bagaimana kepala sekolahnya?"
"Kepala sekolah yang buncit, botak, dan penjual mimpi itu?" sambut siswa baru.
"Betul!" tegas Budi. "Dia itu ayahku!"
"Dia ayahmu?" tukas siswa baru. "Maaf! Saya tidak bermaksud..."
"Tak apa!" potong Budi. "Kesan seperti itu juga kami rasakan di rumah! Tapi justru ayah sendiri menyatakan kesan negatif seperti apa pun pada seseorang itu wajar saja, karena manusia tak ada yang sempurna!"
"Berarti wajar dong kesan orang ramai yang langsung menanggapi miring berita tentang seleksi calon pimpinan KPK oleh DPR yang akan dibahas lebih dahulu oleh Sekretariat Gabungan (Setgab) koalisi partai-partai berkuasa" tukas siswa baru. "Sebab, dengan kekuatan suara koalisi yang mayoritas mutlak di parlemen, dengan pembahasan lebih dahulu oleh Setgab itu hasil seleksi pimpinan lembaga pemberantas korupsi itu justru harus dipastikan yang terbaik bagi kepentingan penguasa dan kelompok berkuasa! Sekaligus hal itu memberikan gambaran bakal seperti apa kinerja pemberantasan korupsi di negara ini ke depan!"
"Kesan negatif seperti itu diperkuat 'nyanyian' Nazaruddin—mantan bendahara umum Partai Demokrat—bahwa tak sepenuhnya bisa dilepaskan kemungkinan adanya cawe-cawe dari partai berkuasa untuk menghasilkan seleksi pimpinan KPK yang menguntungkan kepentingan mereka!" tegas Budi. "Tanpa kecuali Komite Etik KPK kini sedang bekerja untuk mencari kebenaran ucapan Nazaruddin saat dalam pelariannya itu, kondisi Nazaruddin sendiri yang kini 'klepek-klepek seperti ayam disembelih' akibat ketakutan baik atas intimidasi terhadap dirinya, ketakjelasan nasib istrinya yang sebelumnya bersama dia di Kolombia, serta banyaknya materi bukti yang ia serahkan ke pihak berwajib saat tertangkap ternyata hilang atau berubah ujud, hasil kerja komite etik yang cuma bekerja dengan menanya-nanya orang-orang yang disebut Nazaruddin sudah bisa ditebak bakal bagaimana!"
"Setidaknya bakal bagaimana hasil kerja Komite Etik bisa dipandu dengan penyikapan Johan Budi—juru bicara KPK—yang sebelumnya menskorsing dirinya tapi sebelum keputusan Komite Etik keluar, dia sudah mengaktifkan sendiri dirinya bertugas seperti sedia kala!" timpal siswa baru. "Maka itu, dugaan orang atas hasil bahasan Setgab Koalisi untuk seleksi pimpinan KPK bisa tak seburuk tebak-tebak manggis!" ***
0 komentar:
Posting Komentar