"DUNIA yang sempat tercekam ancaman gagal bayar utang pemerintah AS akhirnya lega, Kongres (gabungan Senat dan DPR) mencapai kesepakatan untuk menaikkan limit utang negaranya di atas 14,3 triliun dolar AS!" ujar Umar. "Kesepakatan dengan kompensasi, pemerintah memangkas anggaran yang secara bertahap terus meningkat, tahap awal mengurangi belanja pertahanan 350 miliar dolar dari nilai semula 800 miliar dolar AS, selain mengurangi anggaran pembangunan jalan bebas hambatan, bantuan perumahan, riset-riset yang dibiayai pemerintah, dan lainnya!"
"Meski lega, pemerintah AS tak lagi leluasa seperti sebelumnya dalam mengelola anggaran! Apalagi terjadi pemangkasan di sana-sini!" timpal Amir. "Hal itu membawa konsekuensi kian terbatasnya langkah pemerintah melakukan terobosan untuk menggenjot pemulihan ekonomi yang terpuruk sejak 2008! Dengan begitu harapan pemulihan ekonomi berbalik jadi realitas kian lambatnya proses pemulihan ekonomi AS!"
"Utang baru sebatas cukup membayar utang jatuh tempo agar tidak gagal bayar, sedang anggaran dipangkas, akan berdampak pelemahan ekonomi AS yang tertekan pengangguran 9,2%!" tegas Umar. "Dampak itu berupa melemahnya secara sebanding daya serap AS terhadap ekspor global, yang mendorong banyak negara kemudian bersikap protektif! Itu risiko terselubung akibat sesak napasnya ekonomi AS era terakhir ini!"
"Tapi lembaga-lembaga kajian di AS, seperti Standard & Poor menyatakan dampak yang dikhawatirkan dunia itu sebenarnya kecil!" timpal Amir. "Meski begitu China, yang paling banyak memegang obligasi pemerintah AS, menilai kesepakatan itu cuma melepaskan sementara dari gagal bayar, sedang esensi masalah utang publik AS belum terselesaikan! Mereka hanya menunda masalahnya, dengan akibat memperlambat pemulihan ekonomi AS, dan menyembunyikan risiko yang lebih besar!" (Kompas, 3-8)
"Itu senada reaksi Angel Gurria, Kepala Kelompok Negara Industri, Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), 'Ada perasaan lega, karena kesepakatan telah dicapai. Pertanyaan selanjutnya tentang substansi utang AS masih menggantung. Masih banyak hal harus dipecahkan dalam jangka menengah dan jangka panjang. (Kompas, idem)" tukas Umar. "Eksesnya, mata uang dolar AS terus melemah, memukul daya saing ekspor negara yang mata uangnya menguat terhadap dolar seperti yen dan rupiah! Bank Sentral Jepang telah mengambil langkah mengamankan yen! Untuk rupiah?" **
0 komentar:
Posting Komentar