"Tahun 2011 menjadi tahun yang berputar amat cepat di Mesir!" ujar Umar. "Hosni Mubarak (83) awal tahun masih jadi tiran tak kenal ampun dalam menjalankan pemerintahan otoriternya, Rabu lalu jadi terdakwa, di ruangan sidang pengadilan ditempatkan dalam kurungan besi, berbaring di ranjang rumah sakit! Dua dakwaan berat dia hadapi, korupsi dan memerintahkan pembunuhan demonstran antipemerintah yang menentang kekuasaannya akhir Januari lalu!"
"Di sidang itu Mubarak menolak kedua dakwaan!" sambut Amir. "Itu jadi isyarat, proses pembalikan arah sejarah tak berlangsung mulus! Rakyat yang lebih 30 tahun sengsara ditindas rezim tiran tak segera menyaksikan pembalasan sejarah dengan menghukum penguasa otoriter tersebut sepadan dengan kekejamannya terhadap rakyat!""Namun, rakyat Mesir masih lebih beruntung dari rakyat Indonesia, gonta-ganti rezim menindasnya tak kunjung melihat rezim penindasnya diadili!" tegas Umar. "Padahal korupsi dan penindasan di kedua rezim tak jauh beda! Yang berbeda, praktek hukumnya—praktek hukum pascareformasi di Mesir lebih lugas dari pascareformasi di Indonesia! Buktinya, dalam tujuh bulan Hosni Mubarak yang demikian dahsyat kekuasaan dan duitnya bisa segera diadili bersama dua putranya—Alaa dan Jamal—dan para pejabat tinggi terdekatnya!"
"Itu bawaan proses reformasinya yang berbeda!" timpal Amir. "Di Mesir, reformasi digerakkan oleh generasi muda (terutama ikhwanul muslimin) dan politisi partai oposan! Saat penguasa jatuh semua itu terintegrasi menjadi poros sipil yang dominan dalam peralihan kekuasaan, bersaing dengan militer yang disponsori Amerika Serikat! Sebagai kubu sipil kekuasaan baru mereka bisa konsisten menjalankan semangat reformasi—tercermin dalam ketegasan proses hukum pada Mubarak!""Sebaliknya di Indonesia!" potong Umar. "Justru reformasi yang dirintis mahasiswa dibajak partai-partai politik hingga tak konsisten pada semangat reformasi! Akibatnya terlihat pada praktek hukum Indonesia—terutama dalam menangani koruptor dan rezim penindas yang telah menyengsarakan rakyat sepanjang 30-an tahun lamanya!""Tapi itu terjadi akibat mahasiswa yang mampu menjatuhkan rezim Orde Baru tapi gagal merawat kekuasaan, hingga membuka peluang buat parpol membajaknya!" tegas Umar. "NKK—normalisasi kehidupan kampus—yang membatasi mahasiswa dari kegiatan politik praktis di era Orde Baru penyebab saat berhasil menjatuhkan kekuasaan, mahasiswa tak mampu memungut dan mengelolanya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar