"ADA anak bertanya pada bapaknya, buat apa berlapar-lapar puasa?" Cucu menyanyikan lagu Bimbo. "Kakek tahu jawabnya?"
"Jawabnya terangkai perintah ibadah puasa Ramadan, supaya menjadi orang yang takwa!" jawab Kakek.
"Cuma itu?" entak Cucu. "Berlapar-lapar puasa hanya untuk menjadi orang yang takwa? Takwa itu apaan?"
"Orang takwa alias mutaqin itu derajatnya tertinggi di kalangan orang-orang saleh!" tegas Kakek.
"Orang saleh seperti doa orang tua buat anak-anaknya?" kejar Cucu.
"Betul! Rumusnya 5-M, derajat pertama muslim!" tegas Kakek. "Orang mencapai tingkat muslim jika menjalankan lima rukun Islam—membaca dua kalimat syahadat, salat lima waktu, berpuasa Ramadan, membayar zakat, dan naik haji bila mampu!"
"M keduanya apa?" kejar Cucu tak sabar.
"M kedua mukmin, orang beriman!" jelas Kakek. "Mukmin menjalankan rukun Islam dengan keyakinan kuat berdasar rukun iman—Percaya kepada Allah, nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, serta Qada dan Qadar! Sejalan kekuatan iman di hatinya, mukmin secara nyata dengan perbuatannya menjauhi keingkaran yang oleh para ulama Jawa disebut Mo-Limo, minum (minum arak), madat (memakai narkoba), main (berjudi), madon (berzina), maling (mencuri atau korupsi).
"Berarti koruptor tak bisa mencapai derajat mukmin, dong?" sela Cucu.
"Itu sepenuhnya tergantung pada Allah! Kalau tobatnya diterima, semua hasil korupsinya sudah dikembalikan pada fakir miskin dan yatim-piatu—istilah Fatwa MUI di Tasikmalaya akhir Juni hasil korupsinya dirampas untuk kemaslahatan umat!" jelas Kakek.
"Pokoknya mukmin itu orang yang ibadahnya lahir-batin oke, kehidupan nyatanya jauh dari segala perilaku mungkar!" "Wah, seorang mukmin itu luar biasa, Kek?" tukas Cucu. "Apa ada orang yang bisa lebih tinggi dari itu derajatnya?" "Ada! M ketiga muhsin, orang yang suka ibadah!" jawab Kakek. “Kelompok ini orang yang telah mencapai derajat mukmin tadi, gemar pula berinfak, bersedekah, beramal jariah (membangun masjid, madrasah), ibadah sunatnya tak putus setiap waktu salat sampai aneka salat malam!" "Kelompok muhsin itu pasti kaya!" sela cucu. "Ia beribadah siang-malam, infak-sedekah tak henti!" "Tanpa didukung kekayaan tapi mampu melakukan ibadah sekelas muhsin itu karena ikhlas semata untuk Allah, mengangkatnya ke derajat M keempat—mukhlis, orang yang ikhlas!" tegas Kakek. "Lalu, kalau kepasrahan ikhlasnya yang totalitas diterima Allah, ia diberi-Nya derajat M kelima, orang yang takwa—mutaki! Jadi, hanya berkat rida Allah orang bisa mencapai derajat mutaki! Maka itu berpuasalah untuk menggapai rida-Nya!" ***
"Pokoknya mukmin itu orang yang ibadahnya lahir-batin oke, kehidupan nyatanya jauh dari segala perilaku mungkar!" "Wah, seorang mukmin itu luar biasa, Kek?" tukas Cucu. "Apa ada orang yang bisa lebih tinggi dari itu derajatnya?" "Ada! M ketiga muhsin, orang yang suka ibadah!" jawab Kakek. “Kelompok ini orang yang telah mencapai derajat mukmin tadi, gemar pula berinfak, bersedekah, beramal jariah (membangun masjid, madrasah), ibadah sunatnya tak putus setiap waktu salat sampai aneka salat malam!" "Kelompok muhsin itu pasti kaya!" sela cucu. "Ia beribadah siang-malam, infak-sedekah tak henti!" "Tanpa didukung kekayaan tapi mampu melakukan ibadah sekelas muhsin itu karena ikhlas semata untuk Allah, mengangkatnya ke derajat M keempat—mukhlis, orang yang ikhlas!" tegas Kakek. "Lalu, kalau kepasrahan ikhlasnya yang totalitas diterima Allah, ia diberi-Nya derajat M kelima, orang yang takwa—mutaki! Jadi, hanya berkat rida Allah orang bisa mencapai derajat mutaki! Maka itu berpuasalah untuk menggapai rida-Nya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar