"PASANGAN Joko Widodo (Jokowi)-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) melejit dalam Pilgub DKI Jakarta salah satunya karena dari gambaran promosi awal keduanya bisa diharapkan menjadi pemimpin ideal, khususnya peduli pada nasib rakyat jelata!" ujar Umar.
"Calon pemimpin seperti itu memang harus didatangkan dari luar Jakarta karena para pemimpin di Jakarta baik eksekutif maupun legislatif hilang kepeduliannya terhadap nasib rakyat jelata! Itu terlihat dari main gilas tanpa ampun terhadap pedagang kaki lima dan pidana kurungan badan dan denda bagi pengasong, pengemis, serta kliennya yang kedapatan transaksi di ruang publik!"
"Idealisasi yang ditarik dari pengalaman nyata kepemimpinan keduanya itu bisa diartikulasikan dalam ungkapan sederhana, apa pun masalahnya asal demi kepentingan rakyat jelata Jokowi-Ahok selalu punya solusi!" timpal Amir. "Kepemimpinan trouble shooter, bukan trouble maker! Itulah yang didambakan, keluar dari kecenderungan umum pemimpin bangsa dewasa ini yang gemar menumpuk dan menunda penyelesaian masalah sehingga kesulitan-kesulitan yang membelit rakyat jadi membusuk, menyesakkan napas kehidupan rakyat!"
"Contohnya pada nasib buruh, yang kebetulan sehari usai Pilgub DKI puluhan ribu dari mereka demonstrasi ke Istana Presiden, Menko Ekonomi, Menakertrans! Satu simpul masalah yang disampaikan akhirnya dengan pengaruh semangat baru itu ditampung, dan dicarikan solusi!" tegas Umar.
"Kalau tak direspons mungkin sampai kapan pun masalah buruh negeri ini tak pernah selesai, karena selama ini tak ada pemimpin terkait yang jangankan siap dengan solusi, memikirkannya pun ogah! Padahal, kaum buruh elemen penting dalam pembangunan bangsa, lebih-lebih di era industrialisasi produksi menjadi jantung kemajuan ekonomi!"
"Tapi kenapa gejala kepemimpinan kita secara umum kurang berakar pada kepentingan rakyat jelata, malah lebih pada kepentingan pribadi dan atasan—pemimpin?" potong Amir.
"Itu karena oligarki partai terus menguat di era reformasi sehingga yang berkembang kepemimpinan jenggot—berakar ke atas!" jawab Umar. "Itu terangkai pula dengan orientasi birokrasi yang wajib setor ke atas hingga merebak luas menjadi budaya (politik) uang! Karena itu, untuk kepemimpinan pasangan Jokowi-Ahok yang masih terkait sistem kepemimpinan partai politik, seberapa lama orientasi mereka pada kepentingan rakyat jelata bisa bertahan sebelum dikooptasi oligarki, juga masih merupakan ujian!"
"Hal terakhir itulah ujian terpenting kelak, kalau Jokowi-Ahok lolos di putaran kedua!" tegas Amir. "Bisakah mereka memberi contoh bagi kepemimpinan ke depan, bahwa untuk mengatasi oligarki juga selalu ada solusinya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar