“PERADABAN berkembang dalam proses tak henti persaingan (konflik) tesis dan antitesis untuk mencapai solusi, sintesis! Dalam proses dialektika, sintesis kembali jadi tesis yang diuji lagi oleh antitesis dan seterusnya!” ujar Umar.
“Dialektika solusi konflik itu berlangsung nyaris dalam semua bidang kehidupan—jadi tak hanya dalam ilmu—mulai persaingan produk dalam bisnis sampai persaingan kepentingan antarpribadi maupun kelompok sosial!”
“Dialektika persaingan dinamis pada produk seluler!” timpal Umar. “Orang belum paham mengoperasikan HP yang baru dibeli, sudah keluar iklan model HP lebih baru lagi!”
“Sebaliknya, lamban dalam pemberantasan korupsi!” tukas Umar.
“Dalam kasus simulator, KPK (tesis) menghadapi antitesis dari polisi—yang mengusut sendiri kasus itu dan menarik 20 penyidik Polri dari KPK! Lalu muncul sintesis dari Presiden SBY, Polri agar menyerahkan semua kasus simulator ke KPK! Tapi, sintesis Presiden itu segera jadi tesis, muncul antitesis dari Polri! Yakni, memperlambat penyerahan kasus simulator, mengancam penyidik yang tak memenuhi panggilan, dan gugatan perdata atas KPK! Sementara janji Presiden dalam solusinya akan membuat aturan penempatan penyidik ke KPK tak kunjung keluar, sisa lima penyidik yang menanti SK Presiden itu tak mampu bertahan hingga harus mundur dari KPK! Akibatnya, KPK jadi kian lemah kehabisan penyidik andal, dan itu berarti kemunduran!”
“Lewat proses dialektika solusi persaingan, kita bisa melihat apakah dalam konteks peradaban suatu kasus membawa masyarakat mengalami kemajuan atau kemunduran, seperti contoh kasus persaingan (kekuasaan) KPK versus Polri itu!” timpal Amir.
“Sedangkan untuk kasus konflik massa di Way Panji, Lamsel, tesis dan antitesisnya bergesekan sudah lama, sehingga gesekan itu menjadi titik api menghanguskan puluhan rumah Januari 2012! Sintesisnya—bantuan Pemkab pada korban—konon malah menyulut kecemburuan yang menyeret Pemkab dijadikan bagian dari tesis (masalah) sampai muncul aksi perobohan simbol kekuasaan—patung dekat kantor Pemda!”
“Solusi perdamaian di lapangan bola Kalianda juga tak tuntas, ada kelompok tak setuju!” tegas Umar. “Untuk itu, sintesis solusi konflik beneran harus diwujudkan kali ini, sebagai dasar dialektika solusi persaingan dalam mengelola konflik ke masa depan!” ***
0 komentar:
Posting Komentar