Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Hormati Cita-Cita Pahlawan!

“PAHLAWAN yang kita peringati per¬juangan dan arti pengorbanannya hari ini adalah pahlawan kemerde¬kaan bangsa Indonesia!” ujar Umar. “Mereka dengan tulus-ikhlas mengor¬bankan jiwa raganya demi cita-cita mulia mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia dengan rakyat yang hidup adil, makmur, dan sejahtera!” 

“Kemerdekaan bangsa telah berusia 67 tahun, tapi kehidupan adil, makmur, dan sejahtera masih jauh dari mayori¬tas rakyat!” timpal Amir. “Terkendalanya usaha mewujud¬kan cita-cita pahlawan kemerdekaan itu, di antaranya akibat pengelolaan sumber alam kekayaan negara yang tak sesuai amanat konstitusi, selain itu adanya korupsi di kalangan pe¬jabat negara dan pemerintahan! Belum lagi salah urus neg¬ara sehingga keuangan negara lebih banyak untuk belanja pegawai daripada untuk kesejahteraan rakyat! Ini terlihat pada APBD kabupaten/kota di seluruh Tanah Air, mayoritas anggaran untuk rakyat di bawah 30%!”

“Semua kendala bagi usaha mewujudkan cita-cita pahl¬awan kemerdekaan bangsa itu, hadir antara lain karena gejala kurang menghormati cita-cita pahlawan dari ka¬langan pejabat negara dan pemerintahan!” tegas Umar. “Rendahnya rasa hormat mereka pada cita-cita pahla¬wan, jadi kurang mampu mengendalikan keserakahan dirinya hingga korupsi!” 

“Maka itu, dalam mem¬peringati Hari Pahlawan kali ini hal terpenting dilakukan adalah menggugah rasa hor¬mat masyarakat pada cita-cita para pahlawan kemerdekaan untuk mewujudkan ke¬hidupan bangsa yang adil, makmur, dan sejahtera!” tukas Amir. “Boro-boro makmur dan sejahtera, keadilan hukum maupun keadilan substantif (sosial-ekonomi) saja masih jauh dari harapan rakyat!” “Semua itu terjadi akibat kurang berhasilnya pendidikan nasional menanamkan nilai-nilai kepahlawanan, intinya rela mengorbankan kepentingan pribadi demi menguta¬makan kepentingan orang banyak, kepentingan yang lebih luas!” timpal Amir. 

“Namun, kelemahan dunia pendidikan itu tidak berdiri sendiri! Tak lain, pendidikan di semua jen¬jang, lebih-lebih di level kabupaten/kota, kini sudah menja¬di subordinat dari kekuasaan politik! Tak pelak lagi, dunia pendidikan tak bisa mengelak dari realitas politik transak¬sional, utamanya dalam peraihan kekuasaan! Politik tran¬saksional memang tak ada urusan dengan penanaman nilai-nilai kepahlawanan pada anak didik!” ***

0 komentar: