“HERO dan patriot sama artinya, pahlawan! Tapi, isinya berbeda! Hero mengandung arti dan penggunaan lebih luas, sedangkan patriot dibatasi prinsip idealisme yang luhur!” ujar Umar. “Orang-orang yang berada paling depan dalam tawuran bisa diang¬gap sebagai hero bagi kelompoknya! Tapi, bukan patriot!”
“Para pemikir kita sering melukis¬kan beda hero dan patriot lewat Kum¬bokarno dan Wibisono! Keduanya adik Rahwana, raja Alengko!” timpal Amir.
“Kumbokarno contoh hero! Ia korbankan jiwa-raganya demi abangnya, yang seka¬ligus raja penguasa negerinya! Sebaliknya Wibisono, sang patriot! Ia tak mau berkorban demi abang yang bejat, suka melecehkan perempuan seperti pada Shinta, istri Shri Rama dari Poncowati! Rahwana juga raja adigang-adigung, men¬indas rakyat, suka menyerang negara tetangga. Merampas harta kerajaan dan warganya! Wibisono memegang prinsip moral dan kebenaran, menolak rezim lalim meski itu abang¬nya sendiri! Itulah model patriot!”
“Namun, meskipun hero bisa menjadi Kumbokarno atau biang tawuran, heroisme da¬lam lingkup terbatas itu tidak semata berarti buruk!” tegas Umar. “Heroisme bahkan dibutuhkan dalam melindungi atau mengatasi masalah keluarga, utamanya dari ber¬bagai hal yang mengandung ancaman! Ketika orientasi perjuangan terkait kepentin¬gan umum, penyikapannya meningkat jadi patriotisme! Ketepatan penyikapan penting, karena skala perjuangan berpengaruh pada orientasi! Jika perjuangan berskala kepentingan publik diorientasikan pada skala keluarga, berubah menjadi KKN!”
“Dalam kehidupan sehari-hari beda heroisme yang ber¬sifat negatif dari yang positif, sangat tipis!” timpal Amir. “Bahkan antara heroisme negatif dan patriotisme juga tak sekontras Kumbokarno-Wibisono! Perlu nalar dewasa untuk memilah dan menyelaraskan sikap pada prinsip moral dan kebenaran! Patriotisme memang ekspresi kede¬wasaan! Karena itu, jangan harapkan itu dari kalangan pemimpin yang sering bersikap kekanak-kanakan!”
“Celakanya, di media massa, terutama televisi setiap hari yang ditayangkan kebanyakan ekspresi kekanak-kanakan para pemimpin bangsa ini!” tukas Umar.
“Dari situ, para remaja su¬kar mencari contoh patriotisme! Akibatnya, yang mereka tela¬dani hanya heroisme sempit yang negatif, subur menyemangati tawuran pelajar, mahasiswa, dan massa antardesa!” ***
0 komentar:
Posting Komentar