"KEKALAHAN tim nasional (Timnas) Persatuan Sepak-bola Seluruh Indonesia (PSSI) 1--2 dari Saudi Arabia Sabtu membawa hikmat sikap bestari pada pecinta bola se-Tanah Air!" ujar Umar. "Sikap bestari yang menerima kekalahan itu sudah semestinya, jadi selayaknya untuk tetap disyukuri! Itulah hikmat sejati, berujung syukur yang pilar iman--tentu disertai sabar dan tawakal dalam menerima kekalahan!"
"Kekalahan itu menjadi hikmat berkat dua hal!" sambut Amir.
"Pertama, pecinta sepak bola se-Tanah Air menjadikan Timnas sebagai simbol kembalinya PSSI yang selama ini menjadi si anak hilang akibat larut dalam perpecahan! Kedua, kekalahan itu bisa diterima jadi hal yang semestinya karena pecinta bola maklum persiapan Timnas kurang memadai, sedang lawannya tim papan atas Asia--bersama Irak, China, Korea Selatan, Jepang, dan Kazakstan!"
"Begitulah! Timnas kita berlatih tak cukup satu minggu, bahkan sejumlah pemain bergabung pada hari-hari terakhir menjelang tanding!" tegas Umar. "Juga Rahmad Dharmawan (lazim disapa RD) Minggu (17-3) bersama putranya masih di kampung--Metro, Lampung! Kembali ke Jakarta sorenya. Dalam bincang di pesawat RD berharap kongres luar biasa PSSI hari itu berhasil, semua masalah selesai! Harapan RD terkabul, dan Seninnya ia diserahi tugas melatih Timnas yang harus tanding Sabtu!"
"Berarti RD melatih Timnas hanya empat hari--Selasa, Rabu, Kamis, Jumat--langsung tanding Sabtu!" timpal Amir. "Dengan kenyataan itu kekalahan Timnas 1--2 dari Arab Saudi justru bisa dinilai luar biasa, dibanding masa lalu Timnas kita digunduli 0-8 di Arab Saudi!"
"Kekalahan 1--2 dari Arab Saudi sebagai hikmat kembali bersatunya PSSI penting dijadikan mile stone prestasi PSSI--seperti mile stone PSSI pernah kalah 0-1 dari Uni Soviet di Olympiade Melbourne 1958!" tegas Umar.
"Mile stone kekalahan dari Arab Saudi tekanannya pada kondisi Timnas kita, saat kocar-kacir oleh perpecahan pun kita masih bisa berprestasi sedemikian! Karena itu, kalau ingin prestasi Timnas lebih baik lagi hindarilah segala bentuk perpecahan di tubuh PSSI, utamanya di jajaran elite pengurusnya!"
"Jadi, sepak bola tak beda dari kehidupan di bidang lain, baik atau buruknya ditentukan faktor elitenya!" tukas Amir. "Dengan elite yang bersatu kembali sekarang, prestasi sepak bola nasional diharapkan bisa mendunia!" ***
0 komentar:
Posting Komentar