"MELALUI program padat karya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mesuji memberdayakan pengangguran!" ujar Umar. "Program terwujud berkat proposal dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) ke Kementerian Nakertrans 2012, dapat tiga proyek padat karya memperbaiki jalan di dua kecamatan! Dua manfaat sekaligus, perbaikan jalan antardesa yang rusak dan penganggur dientaskan!"
"Upaya kreatif menjolok program yang meski nilai rupiahnya tidak wah tapi bermanfaat bagi warga desa dan penganggur itu jelas layak diapresiasi!" timpal Amir. "Memanfaatkan program padat karya pula, suatu usaha yang tak bisa dianggap sepele! Presiden Amerika Roosevelt di zaman depresi parah awal 1930-an,
menjadikan program padat karya justru sebagai terobosan mengatasi krisis ekonomi terburuk, hingga keluar teori Keynes tentang relevansi peran negara memecah kebuntuan sistem laissez faire—pemerintah tak boleh mencampuri ekonomi masyarakat di pasar!"
"Tak berarti pemkab lain tak menjolok proyek ke pusat, tapi kebanyakan lebih berburu yang 'berdaging'—nilainya besar—sehingga hasilnya kurang bisa dirasakan warga desa, apalagi bagi penganggur!" tukas Umar. "Itu bisa dilihat di daerah lain, banyak penganggur termenung memandangi jalan-jalan desanya yang telah lama rusak tak kunjung diperbaiki! Proyek padat karya cenderung kurang menarik untuk dijolok karena dinilai kurang 'berdaging' bagi kebanyakan pejabat."
"Sebenarnya bukan cuma program padat karya dari Kemenakertrans yang tersedia di pusat dan bermanfaat buat warga!" timpal Amir. "Di kementerian lain juga cukup banyak program sejenis yang bisa dijolok satker-satker lain, semisal program Bina Wirausaha di Kemenkop dan UKM, Bina Aneka Industri Kecil, dan lainnya! Tapi itu tadi karena kurang 'berdaging', meski bermanfaat bagi warga tak menarik dijolok! Sedang kalau yang 'berdaging', konon banyak pula orang yang siap membantu 'galahnya'!"
"Tapi karena PAD murni yang sesungguhnya secara umum masih relatif kurang memadai buat memenuhi kepentingan pembangunan warga, apalagi para penganggur, kreativitas semua satker dalam menjolok anggaran kecil-kecil untuk rakyat harus dikembangkan!" tegas Umar. "Jangan pula kerja satker-satker cuma termenung di kantor, mirip penganggur yang merenungi jalan desanya yang rusak!" ***
"Tak berarti pemkab lain tak menjolok proyek ke pusat, tapi kebanyakan lebih berburu yang 'berdaging'—nilainya besar—sehingga hasilnya kurang bisa dirasakan warga desa, apalagi bagi penganggur!" tukas Umar. "Itu bisa dilihat di daerah lain, banyak penganggur termenung memandangi jalan-jalan desanya yang telah lama rusak tak kunjung diperbaiki! Proyek padat karya cenderung kurang menarik untuk dijolok karena dinilai kurang 'berdaging' bagi kebanyakan pejabat."
"Sebenarnya bukan cuma program padat karya dari Kemenakertrans yang tersedia di pusat dan bermanfaat buat warga!" timpal Amir. "Di kementerian lain juga cukup banyak program sejenis yang bisa dijolok satker-satker lain, semisal program Bina Wirausaha di Kemenkop dan UKM, Bina Aneka Industri Kecil, dan lainnya! Tapi itu tadi karena kurang 'berdaging', meski bermanfaat bagi warga tak menarik dijolok! Sedang kalau yang 'berdaging', konon banyak pula orang yang siap membantu 'galahnya'!"
"Tapi karena PAD murni yang sesungguhnya secara umum masih relatif kurang memadai buat memenuhi kepentingan pembangunan warga, apalagi para penganggur, kreativitas semua satker dalam menjolok anggaran kecil-kecil untuk rakyat harus dikembangkan!" tegas Umar. "Jangan pula kerja satker-satker cuma termenung di kantor, mirip penganggur yang merenungi jalan desanya yang rusak!" ***
0 komentar:
Posting Komentar