“TERMINAL agrobisnis yang sedang dibangun di Kecama¬tan Penengahan, Lampung Selatan, akan menjadi sentra pengubah kultur (cara ber¬cocok tanam) petani di Lam¬pung!” ujar Umar. “Itu karena para pemasok pasar modern yang memproses hasil pertanian mereka di terminal terse¬but mempunyai kewajiban pada kliennya—supermarket dan aneka produsen di Jabodetabek—untuk menyiapkan jenis, kualitas, dan ukuran ke¬masan tertentu!”
“Dalam memenuhi jenis, kualitas, dan ukuran sesuai kontrak dengan klien, pe¬masok juga jadi punya kewa¬jiban membina petani untuk bisa menghasilkan komoditas yang sesuai!” timpal Amir. “Sekarang saja kegiatan seperti itu sudah dilakukan pada petani pepaya di Sido¬mulyo, Lampung Selatan! Pe¬masok menyiapkan bibit dan bimbingan teknis agar jenis, kualitas, dan ukuran buah pepaya bisa standar sesuai yang dikehendaki pemesan!”
“Dengan begitu, petani selain mendapatkan teknologi baru dalam kultur bertaninya, juga hasil panen yang lebih baik dengan harga yang bernilai lebih tinggi!” tegas Umar. “Cara kerja demikian yang lebih kom¬prehensif, dalam arti pembi¬naan petani dan pengemasan segala jenis produk pertanian terpadu, dilakukan oleh JA—Japan Agriculture—pengelola dan pemasok hasil pertanian nyaris ke semua supermar¬ket di Jepang sampai kemasan terkecil!”
“Belajar dari JA yang pu¬nya terminal pemroses hasil pertanian di setiap prefektur (provinsi), kemasan bayam, kangkung, seledri, dan lain-lain di seantero negeri uku¬ran, kualitas, dan harganya sama dari waktu ke waktu, 200 yen—dirupiahkan sekitar Rp20 ribu!” sambut Amir.
“Di Jepang harga hasil pertanian memang dijaga oleh JA untuk tetap tinggi—beras 300 yen/kg—demi menjaga standar hidup petani! Perdana Men¬teri Jepang sekarang, Sinzo Abe, pada pertama menjabat (2007) terpaksa mundur dari jabatannya oleh beratnya te¬kanan politik nasional akibat membuat kebijakan yang dini¬lai merugikan petani!”
“Meski dibangun dan dikelola secara lebih sederhana, diharapkan terminal agrobisnis Lampung bisa membawa kemajuan bagi petani daerah¬nya!” tegas Umar. “Pengelolanya harus profesional, hingga lokasinya senantiasa bersih dan sehat, bukan malah jadi tumpukan sampah pemrosesan! Dijaga tidak menjadi kerajaan preman, yang bisa menghabisi nilai tambah terminal hingga tak sampai ke petani!” ***
0 komentar:
Posting Komentar