SEBUAH grup perusaahan setiap bulan teratur membayar bunga bank sekitar Rp1 miliar. Dalam perjalanan, ada anak perusahaan yang berat menghadapi tantangan, antara lain juga ekses kebijakan pemerintah maupun otoritas moneter. Semisal, kewajiban uang muka kredit motor 30%, drastis menurunkan penjualan.
Proyeksi perusahaan, tantangan itu menyendat kelancaran pembayaran kredit bank ke depan, ujungnya malah bisa jadi kredit macet!
Untuk mengatasi hal itu, perusahaan mengajukan penjadwalan ulang (rescheduling) kreditnya, sekaligus suntikan kredit modal kerja agar roda anak perusahaan lancar kembali dan ancaman kredit macet ke depan bisa dihindari!
"Rescheduling dengan suntikan modal kerja untuk mengatasi ancaman kredit macet itu hal biasa dilakukan bank!" ujar Umar. "Bukti kredit konsolidatif—semua anak perusahaan—tetap lancar memenuhi kewajiban kepada bank, tak terjadi kredit macet, cukup jadi ukuran kinerja pejabat bank dan nasabahnya itu baik!"
"Tapi suntikan modal untuk mengatasi kredit macet itu diproses pidana sebagai kredit fiktif!" timpal Amir. "Mungkin karena tidak dialasi agunan baru khusus untuk itu!"
"Kalau agunan lama yang mengover kredit konsolidasi berbunga Rp1 miliar per bulan itu dihitung bank masih cukup untuk menutup agunan suntikan modal mengatasi kredit macet itu, tentu tak perlu agunan khusus lagi!" tukas Umar.
"Soal kecukupan agunan kredit berbunga Rp1 miliar sebulan itu direksi bank bersangkutan yang paling tahu, tak bisa direkayasa di tingkat cabang! Lantas kalau direksi bank bersangkutan tak memasalahkan itu, kok bisa jadi kasus dugaan kredit fiktif? Jangan-jangan ada politisasi di balik itu!"
"Kasus politisasi itu yang ramai jadi buah bibir karena pengusahanya terjun ke dunia politik!" sambut Amir. "Tapi aparat hukum tentu tak bisa dijadikan alat permainan politik!"
"Memang, tak perlu menduga-duga aparat dijadikan alat permainan politik!" tegas Umar.
"Tapi kriminalisasi proses penyelamatan dari kredit macet itu bisa mengganggu konsentrasi pengelola perusahaan, kredit macet malah bisa jadi kenyataan! Bukan hanya bunga bank per bulan Rp1 miliar kemudian jadi gagal bayar, melainkan ratusan atau malah ribuan karyawan yang operasionalnya menghasilkan bunga bank Rp1 miliar per bulan itu kehilangan pekerjaan!" ***
0 komentar:
Posting Komentar