"TERDORONG oleh menggilanya harga daging sapi dan bawang di pasar lokal, pemerintah akan menertibkan tata niaga pangan—hasil pertanian dan peternakan!" ujar Umar. "Kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dari masa ke masa tata niaga sering mengalami distorsi dan penyimpangan, ada pihak-pihak yang menyiasati tata niaga untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya! Pemerintah akan menertibkan segalanya itu agar rakyat dapat manfaat yang sebaik-baiknya!"
"Ternyata, meski diselubungi dengan program swasembada sapi maupun bawang, SBY tetap bisa mencium ada tata niaga yang mendistorsi mekanisme pasar lewat kuota impor daging sapi dan bawang hingga harganya menggila di pasar lokal!" sambut Amir. "Penegasan SBY pemerintah akan menertibkan segala tata niaga itu melegakan, karena tata niaga itu mimpi buruk rakyat sejak tata niaga cengkih dan jeruk menghancurkan ekonomi rakyat!"
"Masalahnya, kenapa Presiden bisa kecolongan tata niaga terselubung daging sapi dan bawang hingga harus menertibkan setelah harganya 'jadi bubur'?" tukas Umar.
"Bisa saja itu terjadi karena indahnya kemasan program swasembada sapi dan bawang yang menyelubungi rencana jahat mengeruk untung dari mengencundangi rakyat dengan membuat harga selangit komoditasnya!" tegas Amir.
"Itu sudah dipahami SBY realitasnya sehingga bisa diharapkan penertiban efektif ke inti masalah! Meski diakui tak mudah mengembalikan harga daging dan bawang seperti semula, karena seperti kata Menteri Perdagangan baru-baru ini, izin impor daging sapi (tentu juga bawang) telanjur beredar di tangan importir!"
"Sebagai langkah penertiban, apalagi importir pemegang izin impor daging dan bawang itu telah menjelma jadi kartel, kan bisa saja pemerintah membatalkan izin—impor yang telanjur dikuasai kartel itu?" tukas Umar.
"Semestinya bisa!" tegas Amir.
"Tapi karena yang ditugasi merumuskan rencana penertiban itu orangnya dari pihak yang mengeluarkan izin impor, kayaknya sulit berharap langkah penertiban dengan membatalkan izin yang sudah beredar di tangan kartel itu! Alasan untuk menghindari itu bisa segudang!"
"Itu karena seperti kata orang Medan, 'Ise do mangatur nagara on?—Siapa (sebenarnya) yang mengatur negara ini?" timpal Umar. "Tebak sendiri jawabnya!"
0 komentar:
Posting Komentar