"KENAPA orang saling mendoakan agar selamat saat Lebaran?" tanya
cucu. "Itu disampaikan tegas dan jelas, 'Selamat Idulfitri!', bukan 'Happy
Idulfitri!', atau 'Sejahtera Idulfitri!"
"Kayaknya karena ancaman pada keselamatan, kehilangan jiwa, atau cedera saat Lebaran di negeri kita masih tinggi!" jawab kakek.
"Sampai H+1 Lebaran tahun ini, 471 orang tewas akibat 2.095 kecelakaan mudik! Meski turun dibanding tahun lalu (pada skala hari sama) tewas 539 orang dari 2.957 kecelakaan, menunjukkan masih perlu saling doa untuk selamat saat Lebaran! Ancaman keselamatan itu utamanya pada pemudik, meski ada orang ditubruk mobil saat tidur di rumahnya!"
"Karena itu orang masih saling mendoakan agar selamat saat Lebaran!" tukas cucu.
"Tapi, apa tak ada jaminan keselamatan Lebaran, hingga orang bisa mengubah kebiasaan itu jadi saling bersyukur atas nikmat yang menjadikan Lebaran penuh gembira dan bahagia, tanpa tangis kematian?"
"Kecelakaan itu soal takdir!" tegas kakek. "Sudah tersurat di sononya, hari apa di mana terjadi kecelakaan penyebab kematian anu!"
"Tapi kalau kecelakaan akibat jalan yang rusak, apa itu takdir juga?" kejar cucu.
"Tentu! Takdir itu menyangkut sebab-akibat yang komprehensif dari suatu kejadian!" tegas kakek. "Karena itu, meski 150 ribu polisi dikerahkan mengamankan Lebaran, partai, perusahaan, dan lainnya menyiapkan angkutan mudik gratis, kereta api mengangkut motor gratis, jalan-jalan setiap Lebaran ditambal dari lubang-lubang latennya, yang namanya takdir tetap saja tak bisa dihindarkan!"
"Jadi sudah jadi takdir bangsa ini hanya bisa mendapatkan perbaikan jalan tambal sulam?" tukas cucu. "Atau lalu lintas kacau akibat orang dapat SIM tanpa diuji pakai simulator? Atau teknis perawatan motor tak standar?"
"Semua itu bagian dari sebab-akibat takdir!" jawab kakek. "Jangan dikira jalan mulus justru bisa lebih berbahaya karena orang malah kebut-kebutan tak terkendali! Jalanan rusak saja diterabas dengan kecepatan tinggi!"
"Kalau begitu, sudah takdirnya orang masih harus saling mendoakan selamat saat Lebaran!" timpal cucu. "Sedihnya, itu cuma tepo seliro pada kegagalan pengelola negara memberi jaminan keselamatan umum terhadap rakyat negerinya sesuai amanat konstitusi!"
0 komentar:
Posting Komentar