"PEMERINTAH Jumat (23-8) merilis empat paket kebijakan untuk menjaga ekonomi nasional dan dampak krisis global!" ujar Umar. "Tapi kebijakan itu tak terintegrasi selayak antarbait aransemen yang harmonis! Tapi, seperti sajian makanan kecil (piece meals)—yang cuma pelengkap di pondok-pondok hidangan ruang pesta—tanpa menyajikan menu utamanya!"
"Khususnya menu utama untuk mengatasi secara cepat jangka pendek ekses krisis dan perubahan kebijakan global yang sedang melemahkan kurs rupiah terhadap dolar AS dan merontokkan IHSG, seperti kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada!" (detik.com, 23-8) timpal Amir.
"Sedang paket-paket piece meals itu lebih cocok untuk jangka panjang! Seperti pengurangan pajak pada industri padat karya, baru bisa direalisasikan lewat restitusi setelah pembayaran pajak sesuai rencana awal tahun dilunasi sepenuhnya!"
"Sementara kita belum sampai ke situ, ekses keputusan The Fed mengurangi/menghentikan stimulus ekonomi sudah lebih dulu melumat rupiah dan IHSG!" tukas Umar. "Lalu untuk mengurangi defisit neraca berjalan dengan mendorong ekspor! Bagaimana harus dilakukan kalau sejumlah negara tujuan utama ekspor seperti Jepang dan China justru mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi!"
"Kemudian untuk menurunkan impor terkait peranti gaya hidup kelas menengah, pajak barang mewah atas barang-barang impor bermerek yang semula 75 persen dinaikkan jadi 125 persen hingga 150 persen!" timpal Amir.
"Apakah dengan begitu kalangan elite akan mengganti sandang dan aksesorinya dengan merek murahan? Justru semakin mahal akan semakin diborongnya, karena dengan harga barang lebih mahal yang dibelinya justru akan menaikkan status sosialnya!"
"Menarik paket untuk menjaga daya beli dan mengendalikan inflasi, tata niaga daging sapi dan hortikultura dari impor berdasar kuota diubah menjadi berdasar mekanisme harga—artinya yang paling murah bisa menguasai pasar!" lanjut Umar.
"Masalah yang berakar terkait barang impor adalah kartel! Kebijakan efektif jika bisa dijamin bebas kartel!"
"Akhirnya paket mempercepat investasi lewat pelayanan satu pintu!" tegas Amir. "Kebijakan ini setiap diulang tapi selalu kandas, sebab meski pintunya satu, jendelanya banyak!" ***
0 komentar:
Posting Komentar