"HARIAN Lampung Post, diteriakkan pengecer koran Lampost, Sabtu 10 Agustus
2013 genap 39 tahun mengabdi sebagai pelayan informasi masyarakat
Lampung!" ujar Umar.
"Sepanjang usianya itu, Lampost menjalani sunatullah—hukum alam—mirip layang-layang, semakin keras arus angin, tambah berat tantangan, justru kian melambung tinggi pula dia!"
"Alhamdulillah! Lampost itu surat kabar dan kata surat dalam bahasa Jawa disebut layang! Jadi bisa saja hukum alam atas layang berlaku pada Lampost!" timpal Amir.
"Hal itu bisa disimak setidaknya sejak era reformasi yang bertolak dari krisis moneter—krismon—1997! Di tengah badai ekonomi akibat rupah melemah dari Rp2.400/dolar AS menjadi Rp14 ribu/dolar AS, harga kertas koran meroket dari Rp2.750/kg menjadi Rp10 ribu/kg. Pada tahun berikutnya Lampost justru bisa membeli tanah relatif luas untuk kantornya di jalan yang ramai 24 jam dilintasi warga dalam dan luar kota!"
"Tahun berikutnya saat pembangunan kantor berlangsung, meletus konflik internal akibat mayoritas karyawan menolak perubahan manajemen dari Surya Persindo ke Media Group—pindah dari saku kanan ke saku kiri Surya Paloh—hingga 70-an karyawan mundur! Namun, pembangunan kantor baru justru bisa digesa dan diresmikan 14 Juni 2000!" lanjut Umar.
"Pembelian tanah seluas nyaris 1 hektare dan membangun kantor memindahkan redaksi dari bekerja menumpang di lantai dua gedung PWI ke kantor sendiri di tengah aneka badai itu, semua dilakukan atas kekuatan finansial Lampost sendiri, tanpa bantuan grup maupun kredit bank!"
"Demikianlah layang-layang, semakin keras angin menerpanya, bertambah tinggi pula ia melambung!" tukas Amir. "Lalu, terakhir ini dengan terbitnya banyak koran baru di daerah Lampung—di semua kabupaten-kota tercatat 23 koran harian—volume iklan Lampost justru sering melampaui 50% halamannya!"
"Namun, di balik semua itu, diakui Lampost sering kewalahan mengikuti perkembangan pembaca yang semakin kritis dan ketinggalan dalam pesatnya laju teknologi informasi serta gaya hidup masyarakat yang mengiringinya!" tegas Umar. "Hanya berkat dukungan dan kritik pembaca atas berbagai kekurangan itu, Lampost mampu mengatasi tantangan pada setiap langkahnya! Dirgahayu Lampost!"
"Sepanjang usianya itu, Lampost menjalani sunatullah—hukum alam—mirip layang-layang, semakin keras arus angin, tambah berat tantangan, justru kian melambung tinggi pula dia!"
"Alhamdulillah! Lampost itu surat kabar dan kata surat dalam bahasa Jawa disebut layang! Jadi bisa saja hukum alam atas layang berlaku pada Lampost!" timpal Amir.
"Hal itu bisa disimak setidaknya sejak era reformasi yang bertolak dari krisis moneter—krismon—1997! Di tengah badai ekonomi akibat rupah melemah dari Rp2.400/dolar AS menjadi Rp14 ribu/dolar AS, harga kertas koran meroket dari Rp2.750/kg menjadi Rp10 ribu/kg. Pada tahun berikutnya Lampost justru bisa membeli tanah relatif luas untuk kantornya di jalan yang ramai 24 jam dilintasi warga dalam dan luar kota!"
"Tahun berikutnya saat pembangunan kantor berlangsung, meletus konflik internal akibat mayoritas karyawan menolak perubahan manajemen dari Surya Persindo ke Media Group—pindah dari saku kanan ke saku kiri Surya Paloh—hingga 70-an karyawan mundur! Namun, pembangunan kantor baru justru bisa digesa dan diresmikan 14 Juni 2000!" lanjut Umar.
"Pembelian tanah seluas nyaris 1 hektare dan membangun kantor memindahkan redaksi dari bekerja menumpang di lantai dua gedung PWI ke kantor sendiri di tengah aneka badai itu, semua dilakukan atas kekuatan finansial Lampost sendiri, tanpa bantuan grup maupun kredit bank!"
"Demikianlah layang-layang, semakin keras angin menerpanya, bertambah tinggi pula ia melambung!" tukas Amir. "Lalu, terakhir ini dengan terbitnya banyak koran baru di daerah Lampung—di semua kabupaten-kota tercatat 23 koran harian—volume iklan Lampost justru sering melampaui 50% halamannya!"
"Namun, di balik semua itu, diakui Lampost sering kewalahan mengikuti perkembangan pembaca yang semakin kritis dan ketinggalan dalam pesatnya laju teknologi informasi serta gaya hidup masyarakat yang mengiringinya!" tegas Umar. "Hanya berkat dukungan dan kritik pembaca atas berbagai kekurangan itu, Lampost mampu mengatasi tantangan pada setiap langkahnya! Dirgahayu Lampost!"
0 komentar:
Posting Komentar