"KSSK—Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan—Senin malam rapat tingkat deputi setelah sore itu kurs rupiah ditutup jeblok pada Rp10.540/dolar AS, dan indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 5,58 persen menjadi 4.313,52!" (Antara, 19-8) kutip Umar. "Hasil rapat masih untuk rapat pimpinan, Selasa pagi kurs rupiah dibuka lebih buruk, Rp10.600/dolar AS! (Detik.com, 20-8) IHSG amblas 138,46 poin atau 3,21 persen jadi 4.175,06." (Kompas.com, 20-8)
"Pengeroposan nilai rupiah terjadi signifikan! Dari Rp9.700/dolar AS akhir 2012, terjadi penurunan nilai Rp900/dolar AS alias 9,25 persen!" timpal Amir. "Sedang IHSG yang akhir Juni melampaui 5.000,00, terjadi penurunan lebih 800 poin atau 17 persen! Semua itu tentu punya sebab-akibat serta konsekuensi logis!"
"Salah satu penyebabnya, menurut analisis di rapat KSSK, defisit neraca pembayaran (ekspor-impor) mencapai 4,4 persen dari produk domestik bruto (PDB), padahal APBN saja tak boleh defisit lebih dari 3 persen!" tukas Umar.
"Defisit terutama terjadi oleh impor BBM subsidi! Untuk itu, karena harga BBM sudah dinaikkan sejak 17 Juli, defisit itu diperkirakan turun pada triwulan III 2013!"
"Defisit turun jika volume konsumsinya turun!" timpal Amir.
"Sedang kecenderungannya, meski harga naik, konsumsi tetap naik akibat jumlah kendaraan yang meningkat pesat! Artinya, kalau kebijakan diambil berdasar penurunan konsumsi, rakyat bisa terkecoh dampak yang malah lebih buruk!"
"Dampak yang memukul langsung rakyat adalah pengeroposan kurs rupiah terhadap dolar AS!" tegas Umar. "Karena secara riil yang menentukan harga barang di pasar domestik adalah dolar, karena nyaris semua kebutuhan rakyat terkait impor—beras, gula, garam, terigu, kedelai, sayur, buah, daging, bawang, dan lain-lain semua impor!
Sedang produk industrial juga substitusi impor, bahan baku dan CKD—protolan onderdil rakitan—Impor!"
"Artinya, meski rakyat membayar pakai rupiah, standar harga kebutuhan sehari-hari mereka sebenarnya dolar!" timpal Amir.
"Dengan jebloknya kurs rupiah terhadap dolar AS, jadi lebih banyak rupiah untuk setiap barang yang dibeli! Ditambah aspek psikologis inflasi dan laba rakus kartel setiap barang impor itu, kian bungkuk rakyat memikul beban yang terus bertambah berat!" ***
0 komentar:
Posting Komentar