Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Tenang, Fundamental Ekonomi Kuat!

"MESKIPUN pelaku pasar kelimpungan membayar utang dolar dengan rupiah yang jauh lebih banyak, Kamis (22-8) siang, Rp11.500/dolar AS dan pasar ditutup pada kurs tengah Rp10.875/dolar AS (Bloomberg), para pejabat otoritas fiskal dan moneter tetap tenang menyatakan fundamental ekonomi kita kuat!" ujar Umar. 

"Padahal, sikap tenang mereka sebagai resep menenangkan pasar telah terbukti tak mampu membendung kemerosotan kurs rupiah!" "Sikap tenang sebagai solusi itu rupanya kalah dari hasil sementara pertemuan The Fed pertengahan pekan ini yang mengindikasikan akan berlakunya pengurangan stimulus The Fed hingga nilai dolar AS kian menguat!" (Kompas.com, 23-8) timpal Amir.

"Kalau yang diandalkan fundamental kuat itu cadangan devisa, defisit neraca perdagangan yang bocor deras, Juli saja jebol 5,33 miliar dolar AS jadi tersisa 92,671 miliar dolar AS, tinggal soal waktu saja cadangan devisa itu kandas!" 

"Defisit neraca perdagangan (ekspor/impor) yang membobol cadangan devisa itu pada triwulan II 2013 (April—Juni) mencapai 4,4% dari pendapatan domestik bruto (PDB), tertinggi sepanjang sejarah! Triwulan I 2013 sebesar 2,4% dari PDB!" tegas Umar. 

"Ada guyon, otoritas keuangan tenang menghadapi tekanan defisit neraca perdagangan yang merongrong cadangan devisa karena dengan defisit per bulan 5 miliar dolar AS itu berarti aman sampai akhir periode berkuasa rezim ini! Untuk selanjutnya, terserah penguasa baru!" 

"Tapi dipersiapkan paket stimulus ekonomi untuk diluncurkan pemerintah, Jumat (23-8), menangkal ekses negatif pengurangan dan akhirnya penghentian stimulus The Fed 2014!" tukas Amir. "Seberapa andal paket kebijakan itu menangkal ekses langkah The Fed baru akan kelihatan September!" 

"Usaha menekan defisit neraca perdagangan secara nyata tidak mudah! Digenjot ekspornya, justru permintaan pasar dunia yang melemah tertekan krisis!" timpal Umar. "Menurunkan impor, life style kelas menengah Indonesia justru sedang booming dengan peranti modern dari elektronik sampai otomotif menggunakan komponen impor! 

Belum lagi impor kebutuhan primer—garam, terigu, susu, kedelai, buah, daging, dan lainnya—juga terus meningkat! Jadi, lebih baik tenang daripada sok sibuk padahal kebijakannya belum teruji!" ***

0 komentar: