Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Mesir di Ambang Perang Saudara

“SERBUAN rezim militer Mesir menewaskan 278 orang (angka pemerintah), menurut Ikhwanul Muslimin (Al ­Ikhwan) lebih 2.200 orang tewas dan lebih dari 10 ribu terluka, Rabu (14-8), di Masjid Rabaa Al Adawiya, Kairo,” ujar Umar. 
“Ratusan ribu massa Al Ikhwan telah berada di Rabaa Al Adawiya sejak kudeta militer 3 Juli, menuntut dikembalikannya kekuasaan Presiden Mursi!”

“Serbuan untuk membubarkan massa itu dilakukan brutal, menaburkan peluru ke segala arah sehingga menewaskan dua wartawan asing—wartawan Inggris dari Sky-TV dan wartawan Gulf News!” timpal Amir. 

“Menilai tindakan militer tak beradab, wakil presiden yang diangkat pemerintahan bentukan militer, Mohammed El Baradey, mengundurkan diri!”

“El Baradey menyatakan, ‘Saya tak bisa terus menanggung beban atas keputusan yang tidak saya setujui dan takuti konsekuensinya! Saya tak bisa bertanggung jawab atas setiap tetes darah!” kutip Umar. “Meskipun demikian, pemerintah interim bertindak makin jauh, mengumumkan keadaan darurat nasional dengan jam malam berlaku mulai pukul 17.00.”

“Perang saudara sulit dicegah oleh imbauan negara-negara sahabat maupun kecaman Barat terhadap kudeta dan tindakan kejam rezim militer, karena majelis ulama Sunni Mesir di bawah pimpinan tokoh berpengaruh Sheik Yusuf Al-Qandawi telah mengeluarkan fatwa (25-7) melarang warga Mesir merespons seruan pimpinan militer!” tukas Amir. 

“Sejak itu gerakan perlawan­an massa Al Ikhwan cepat membesar di seantero negeri! Hal itu jelas membuat rezim militer merasa sukar untuk mengendalikan situasi se­hingga berusaha membubarkan kumpulan besar massa di Kairo dan provinsi-provinsi lain!”

“Perlawanan Al Ikhwan terhadap rezim militer dipimpin enam tokoh Al Ikhwan yang lolos ke Gaza saat kudeta terhadap Mursi, dikomandoi Prof. Dr. Mahmud Izzat Ibrahim, tokoh urutan keempat di hierar­ki kepemimpinan Mohammad Badi! (Debka File/Salam Online, 11-8)” timpal Umar. 

“Di Gaza, front perlawan­an ini bekerja sama dengan Hamas dan kelompok Be­douin Salafi dari Sinai mendirikan pusat komunikasi di Hotel Gaza Beach—menyiapkan revolusi lewat lembah Sinai! Kalau di Suriah perlawanan oleh banyak kelompok terpisah saja hancur-hancuran, apalagi di Mesir perlawanan rapi terorganisasi di dalam dan luar negeri!” *** 

0 komentar: