"KEPALA Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin, Senin (2/2), mengumumkan inflasi Januari 2014 sebesar 1,07%, terburuk atau paling tinggi inflasi bulan Januari selama lima tahun terakhir!" ujar Umar. "Ia bandingkan antar-Januari pada 2009 deflasi 0,07%, 2010 deflasi 0,84%, 2011 inflasi 0,89%, dan 2013 inflasi 1,03%." (Kompas.com, 3/2)
"Dari bandingan inflasi Januari dari tahun ke tahun itu tecermin pengendalian inflasi makin lama semakin kedodoran!" timpal Amir. "Dengan itu inflasi year on year (yoy) jadi 8,22%, secara efektif langsung menjadi tekanan berat terhadap target inflasi dalam APBN 2014 sebesar 5,5% plus-minus 1%, termasuk inflasi inti (core inflation)."
"Inflasi inti adalah angka inflasi dikurangi inflasi barang dan jasa yang harganya diatur pemerintah (administered prices seperti BBM), dan barang dan jasa yang saat itu harganya sangat bergejolak (volatile goods) seperti cabai merah yang biasa Rp15 ribu/kg jadi Rp90 ribu/kg!" kata Umar.
"Tapi selain kemerosotan nilai riil mata uang akibat kenaikan harga barang dan jasa dikurangi dua faktor tadi, inflasi inti bisa oleh imbas kemerosotan kurs rupiah di pasar valuta! Pelemahan rupiah yang masih berlanjut justru yang dikhawatirkan Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro akan menyulut inflasi inti 2014 lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya!" (Kompas.com, 17/1)
"Menurut Suryamin, cuaca buruk dan banjir yang menyebabkan terganggunya produksi dan distribusi komoditas pangan dan hortikultura yang cepat rusak, jadi penyebab tingginya inflasi Januari 2014!" timpal Amir.
"Pernyataan Suryamin yang menempatkan penyebab pada alam—cuaca buruk—itu jelas membuat pemerintah lega karena tidak dianggap bersalah ketika perekonomian terganggu!
Padahal, faktor alam musiman itu seharusnya sudah diantisipasi dalam pengelolaan ekonomi sehingga hal yang rutin terjadi tak perlu mengganggu perekonomian! Apalagi gangguan berskala nasional—di Kota Metro Lampung yang bahan pangan dan hortikultura lokal tersedia berlebihan, bisa terjadi inflasi sampai 2,79% sebulan!"
"Itu menunjukkan kelemahan pengelolaan ekonomi nasional!" tukas Umar. "Baru satu bulan musim hujan, perekonomian sudah terganggu! Dalam skala nasional pula! Ancaman inflasi melebihi batasan APBN pun, membayangi beban hidup rakyat! Ini celaka, sebab inflasi pemangsa tanpa mengenal kelas sosial korbannya—makin miskin justru terasa semakin berat memikul beban akibat inflasi!" ***
0 komentar:
Posting Komentar