"EKONOMI Eropa kuartal IV 2013 tumbuh 0,3%, di atas prediksi 0,1%, hingga selama 2013 pertumbuhan ekonomi zona Euro menjadi 1,2%," ujar Umar. "Pertumbuhan itu masih jauh dari kemampuan mengatasi pengangguran amat buruk di kawasan beranggota 28 negara itu, tapi menurut pengamat cukup menggembirakan karena mencerminkan arah yang benar keluar dari krisis." (Kompas.com, 15/2)
"Sejak krisis pengangguran terburuk terjadi, rata-rata di semua negara 12%, tertinggi Yunani 28%, disusul Spanyol 25%!" timpal Amir. "Sebanyak 60% angkatan kerja muda sampai 25 tahun di kedua negara itu menganggur! Sebaliknya Jerman, Merkel berhasil jadi kanselir tiga priode berkat menekan pengangguran pada 5% di tengah badai krisis seburuk itu. Bandingkan, di Amerika Serikat saja Januari 2014 pengangguran 6,6%, terburuk dalam lima tahun!"
"Perbaikan ekonomi Eropa diharapkan banyak negara yang menjadikan kawasan itu tujuan klasik ekspor hasil buminya, seperti Indonesia!" tegas Umar. "Demikian pentingnya ekspor ke Eropa bagi negara seperti Indonesia bisa dilihat, kriris Eropa yang menurunkan impornya bukan hanya menyulut defisit perdagangan, malah defisit neraca berjalan (current account) yang sangat dalam—November 2013 tercatat 31 miliar dolar AS!
Jadi, jika ekspor ke Eropa pulih, kedua jenis defisit serangkai itu akan tertutup kembali!"
"Bukan hanya itu, turunnya permintaan dari Eropa atas komoditas tradisional kita juga menurunkan harganya di pasar dunia!" timpal Amir.
"Artinya, kembali naiknya permintaan dengan pulihnya ekonomi Eropa, harga komoditas pertanian rakyat dari karet, kopi, lada, cokelat, dan lainnya ikut kembali naik!"
"Menciptakan lapangan kerja secepatnya setelah membaiknya kembali ekonomi menjadi prioritas kebijakan!" tegas Umar,
"Sebab, ironis bagi negeri welfare state (negara kesejahteraan) di Uni Eropa itu, semakin besar jumlah pengangguran jadi semakin berat beban keuangan negara—memenuhi tunjangan pengangguran!"
"Itu pelajaran pahit dari krisis Eropa!
Dan itu bukan hanya berlaku bagi warga kawasannya, tapi juga warga belahan bumi lain, termasuk Indonesia!" timpal Amir.
"Krisis Eropa menyulut defisit perdagangan dan neraca berjalan, usaha mencari negara pengganti tujuan ekspor cuma dalam retorika!
Sedang ekspor ke China sebagai alternatif, cuma booming batu bara dan bauksit yang dikeruk dari permukaan bumi! Sedang komoditas budi daya justru Indonesia terbenam dalam tumpukan barang made in China!" ***
0 komentar:
Posting Komentar