“KURS mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu menguat signifikan mencapai kurs tengah Rp11.600/dolar AS!” ujar Umar. “Namun, kondisi itu tak bisa ditingkatkan jadi lebih baik! Justru terjadi ‘bocor alus’, Selasa sore kurs tengah merosot jadi Rp11.875. (www.seputarforex, 18/2, pukul 15.00)
“Boro-boro meningkatkan dari kondisi baik yang telah tercapai, mempertahankan itu sedikit lebih lama saja gagal!” timpal Amir.
“Masalahnya, kondisi itu terwujud bukan sebagai hasil usaha pihak kita, melainkan sebagai dampak positif bagi kita dari laporan ekonomi AS yang mengecewakan pasar dan melemahkan dolar! Rupiah pun ikut terdongkrak naik kursnya ke dolar!”
“Laporan dimaksud dari Departemen Perdagangan AS Kamis (13/2) menyatakan penjualan ritel mencatat penurunan disesuaikan secara musiman 0,4 persen pada Januari 2014, lebih buruk dari penurunan 0,1 persen yang diperkirakan para ekonom!” tegas Umar.
“Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja mengatakan klaim pengangguran awal naik sebesar 8.000 menjadi 339 ribu disesuaikan secara musiman dalam pekan yang terakhir 8 Februari, lebih tinggi dari ekspektasi pasar 330 ribu. (Kompas.com, 14/2) Padahal data akhir Januari 2014 saja pengangguran AS telah tercatat 6,6 persen, tertinggi dalam 5 tahun terakhir!”
“Kejadiannya seperti main badminton, kita mendapat poin bukan dari hasil smes yang kita lakukan, tapi karena lawan membuat kesalahan—fault!” tukas Amir. “Meski demikian, tetap harus disyukuri karena ketegangan kita akibat tekanan terhadap kurs rupiah jadi sedikit longgar!
Sekaligus, sebenarnya, lebih kena jika dibuat kebijakan untuk memanfaatkan jeda tekanan itu menjadi peluang!”
“Semisal dana ekspatriat yang parkir lebih lama diberi insentif sehingga karena mau dia transfer ke negerinya dolar sedang lemah, ia lebih nyaman mengistirahatkan lebih lama dananya di sini!” sambut Umar.
“Dengan nyamannya dana asing parkir di sini, rupiah jadi lebih tenang dari tekanan jual untuk ditransfer dalam dolar!”
“Kita belum terlatih melakukan reaksi cepat untuk hal-hal seperti itu! Itulah pula sebabnya bisa terjadi ‘bocor alus’ dari kurs yang sempat ideal itu!” kata Amir.
“Di sisi lain, perbaikan dari penurunan pejualan ritel dan naiknya pengangguran di AS—akibat badai salju—itu bisa cepat diatasi untuk memulihkan dolar, cukup hanya lewat rapat Ketua Federal Reserve Janet Yellen dengan Komite Perbankan Senat!
Dengan langkah Yelen yang begitu mudah meyakinkan pasar itu, kurs dolar kembali naik dan rupiah telantar lagi!” ***
0 komentar:
Posting Komentar