"TAHUN 2014 pemerintah kembali gagal mengurangi kemiskinan dari target yang ditetapkannya sendiri dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2009—2014, seharusnya 2014 pada 8%—10%, ternyata proyeksi terakhir mengarah 10,54%—10,75% pada 2014!" (Kompas.com, 20/2) ujar Umar.
"Itu mengulang 2013, kisah kemiskinan menekuk pemerintah dengan jumlah orang miskin 28,07 juta (11,37%) pada Maret 2013, naik menjadi 28,55 juta (11,47%) pada September 2013." (BPS, 2-1-2014) "Kegagalan pemerintah memenuhi target yang ditetapkannya sendiri itu terungkap dalam rapat kerja Badan Anggaran DPR dengan Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas Rabu (19/2)," timpal Amir.
"Pada 2013 hal itu terjadi dengan pertumbuhan ekonomi 5,78%. Dalam rapat Banang itu, proyeksi pemerintah untuk pertumbuhan 2014 mengarah 5,8%—6%! Jadi kalaupun proyeksi pertumbuhan dari pemerintah tercapai, tak jauh beda dari 2013!"
"Bertekuk lututnya pemerintah pada kemiskinan meski anggaran mengurangi kemiskinan pada 2013 mendekati Rp100 triliun—lewat aneka program dari raskin, segala jenis PNPM sampai 'Balsem' kompensasi kenaikan harga BBM 17 Juli 2013—menunjukkan kemiskinan itu bukan masalah sepele, tak bisa diselesaikan hanya dengan kelihaian silat lidah beretorika!" tegas Umar.
"Untuk itu layak disadari, kemiskinan merupakan salah satu warna dasar di kanvas kehidupan!" "Karena itu, program-program mengatasi kemiskinan juga harus memiliki bobot pemaknaan yang esensial!" timpal Amir.
"Tak cukup hanya hitungan jumlah dana sekian menurunkan kemiskinan sekian persen! Kemiskinan itu bukan sekadar angka-angka, tapi realitas hidup!"
"Artinya, kegagalan pemerintah dalam mewujudkan targetnya atas kemiskinan dalam dua tahun terakhir harus ditarik hikmahnya oleh siapa pun yang memerintah periode berikutnya!" tegas Umar.
"Hikmah itu, dengan perencanaan sangat solid dan dana yang amat besar saja, pemerintah gagal mengatasi kemiskinan! Konon lagi kalau cuma retorika kosong!"
"Maka itu, pendekatan menangani kemiskinan terbaik lewat pemaknaan kemiskinan sebagai warna dasar kanvas kehidupan tadi!" timpal Amir.
"Gunakan warna dasar itu untuk menciptakan harmoni di permukaan kanvas! Jadikan warga miskin subjek dalam berbagai proses kehidupan, tak lagi hanya dijadikan objek yang dianggap lemah! Beri kesempatan dan kepercayaan, bukan 'Balsem'!"
0 komentar:
Posting Komentar