Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Pertanian Anjlok Jadi 0,94%!


"PERTUMBUHAN sektor pertanian triwulan I 2014 anjlok jadi 0,94%, dibanding periode sama 2013 sebesar 2,18%," ujar Imar. "Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis awal pekan ini juga mencatat, akibat pelambatan itu sebanyak 280 ribu orang kehilangan pekerjaan di sektor pertanian dari Februari 2013 ke Februari 2014!" (detik.com, 6/5) 

"Secara keseluruhan, sektor pertanian menjadi penyebab utama dari pelambatan ekonomi Indonesia menjadi hanya 5,21%, dibanding triwulan I 2013 yang masih tumbuh 6,03%." timpal Amir. "Kaitan pelambatan dengan penurunan jumlah pengangguran erat sekali! Pada Februari 2014 itu jumlah penganggur setahum hanya berkurang 50 ribu orang dari 7,20 juta menjadi 7,15 juta, dibanding periode sama tahun sebelumnya jumlah penganggur berkurang 460 ribu orang, dari 7,66 juta menjadi 7,2 juta."

"Menurut Deputi Kepala BPS Suhariyanto, pelambatan pertumbuhan pada sektor pertanian itu akibat buruknya iklim dan bencana alam banjir di sentra-sentra produksi sehingga panen tidak optimal!" tegas Umar. 

"Meski demikian, kata Menteri Keuangan Chatib Basri, pelambatan pertumbuhan ekonomi itu merupakan bagian dari strategi untuk mengurangi current account deficit! Jadi, pemerintah memang merencanakan pelambatan pertumbuhan untuk menjaga kestabilan ekonomi!" 

"Tapi pelambatan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 bukan hanya terdampak anjloknya sektor pertanian!" tukas Umar. "Menurut Chatib Basri, penyebabnya yang signifikan pada penurunan ekspor! Jadi, untuk mengatasinya menurut menteri hanya bisa berharap perbaikan pada ekonomi AS sehingga ekspor bisa membaik kembali!" 

"Akhirnya jelas! Anjloknya pertumbuhan pertanian menurut BPS akibat buruknya iklim dan bencana alam! Kedua hal itu force major—di luar kemampuan manusia mengatasinya!" timpal Umar. "Sedang menurut Menteri Chatib Basri, pelemahan pertumbuhan ekonomi karena penurunan ekspor, hingga pemulihan ekonomi negara tujuan ekspor menjadi kunci perbaikannya! 

Pemulihan di negara tujuan ekspor juga di luar kemampuan kita untuk mengatasinya!" "Menurut kedua logika itu, kita tak bisa apa-apa lagi!" entak Amir. "Maka itu, pemerintah bukan mencari jalan keluar mengatasinya, melainkan malah menjadikan pelemahan sebagai strategi menurunkan current account deficit! Hasilnya, menurut logika pula, penurunan ekspor berarti penurunan penerimaan devisa, current account deficit pun jadi laten!" ***

0 komentar: