Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Soal Hegemoni Neoliberalisme!


"PESAN Buya Syafii Maarif ke Jokowi agar membebaskan bangsa dari dominasi asing seperti di pertambangan dan perkebunan, serta agen-agennya yang dia sebut 'Londo Ireng', menjurus pada soal hegemoni neoliberalisme!" ujar Umar. "Hegemoni menyelimuti politik, ekonomi, dan budaya, maka Buya tegas agar Jokowi menjalankan Trisakti ajaran Bung Karno—berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, berkepribadian dalam budaya!" 

"Hegemoni neoliberalisme dalam politik berlangsung lewat perikatan pemerintah kita pada perjanjian dengan Bank Dunia, IMF, WTO, APEC, ASEAN dan lainnya, hingga pemerintah menjalankan kekuasaannya sejalan dengan perjanjian yang simultan memenuhi kepentingan neoliberalisme!" timpal Amir. "Lewat hegemoni di politik itu, pemodal yang menunggang perahu neoliberalisme dengan mudah menguasai lebih 70% pertambangan kita, lebih 50% telekomunikasi, perbankan, dan lainya!"

"Hegemoni berasal dari praksis suatu ideologi!" tegas Umar. "Ideologi asing yang difasilitasi itu menggoyah budaya lokal yang guyup, menggantinya dengan budaya individualis hedonis materialistik! Budaya kebersamaan penuh tenggang rasa pada nasib sesama tergilas oleh nafsu kaya sendiri lewat korupsi—demi hidup mewah bersimbah materi!" 

"Menurut kamus budaya Antonio Gramsci, hegemoni berarti suatu kekuasaan yang menindas, berupaya menguasai seluruh keadaan baik dalam tataran nilai ataupun tindakan!" tukas Amir. "Hegemoni dalam politik, ekonomi, dan budaya seperti sekarang ini, pesan Buya untuk keluar dari hegemoni tersebut jelas tak mudah!" 

"Tapi bayangan jalan keluar itu agaknya telah ada dalam kesepahaman Megawati dan Jokowi hingga Megawati yang pernah mengalami beratnya tekanan IMF untuk melakukan privatisasi BUMN, melimpahkan kepercayaan pada Jokowi buat menerobos benteng hegemoni itu!" sambut Umar. "Kuncinya The Jokowi Ways, menyelesaikan masalah lewat musyawarah!" 

"Mungkin berdasar kesepahaman itulah sejak dini Megawati mengajak Jokowi jumpa Duta Besar AS dan sekutunya, untuk mengondisikan perwakilan asing pada The Jokowi Ways jika terpilih nanti!" tegas Amir. "Artinya, perubahan mendasar termasuk dalam hubungan dengan asing dilakukan lewat revolusi adem ayem The Jokowi Ways—yang telah terbukti lewat musyawarah rakyat jelata (dari pedagang kaki lima sampai warga bantaran waduk) bisa menyelesaikan masalah! Apalagi para priyayi agung, duta besar, dan pemodal, demi keseimbangan baru yang adil!" ***

0 komentar: