Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Rekayasa Pendidikan Karakter!

"KURIKULUM 2013 diunggulkan sebagai rekayasa pendidikan karakter!" ujar Umar. "Disebut rekayasa, karena diterapkan serentak ke semua jenjang usia anak didik dari SD sampai SMA, dengan mekanisme yang prosesnya mengarahkan perilaku anak didik berkarakter ideal! Semestinya, pendidikan karakter ditanamkan sejak usia dini dan konsisten sampai dewasa!"

"Dengan rekayasa itu bukan hanya anak didik pada jenjang sekolah lanjutan yang terkejut pada perubahan mendadak cara dan materi belajar!" timpal Amir. "Para guru sendiri banyak yang meraba-raba materi dan metode belajar-mengajarnya karena pemahaman terhadap cara baru itu bisa kurang tuntas lewat penataran yang hanya beberapa hari!"

"Rekayasa sosial (social engineering) dengan jargon pendidikan karakter itu layak dihargai!" tegas Umar. "Dengan segala kekurangannya, prioritas pada pendidikan karakter mencerminkan kesadaran penguasa pada acak-kadutnya kondisi negeri ini mayoritas penyebabnya bermuara pada pendidikan nasional yang tak relevan pada tuntutan zaman, dengan minusnya karakter anak bangsa!"

"Namun, perlu disadari para pendidik, pada rekayasa faktor teknis menjadi penentu pembentukan perilaku baru anak didik!" tutur Amir. "Tata cara baru dalam proses belajar-mengajar, seperti mendorong kreatif dengan mencari sendiri materi pembelajaran lewat internet, koran, atau dari lapangan, serta diskusi agar terbiasa merumuskan masalah dan bersama-sama mencari solusi! Kapasitas anak didik untuk diving internet dan bekerja dalam tim merumuskan serta memecahkan masalah itu hakikat pekerjaan masa depan!"

"Episode itu memang baru merangkai sejumlah nilai unsur karakter, yakni rajin (belajar), tekun, sabar, berorientasi masa depan, menghargai pendapat orang lain, toleran pada perbedaan!" tegas Umar. 

"Tapi, itu bisa dijadikan pintu masuk bagi pendidikan karakter secara simultan yang multikompleks nilai-nilainya, baik lewat proses pendidikan di sekolahnya maupun lewat realitas masyarakat berbangsa! Pada skala yang luas ini, karakter dengan nilai-nilai dasar yang diperoleh di sekolah itu menjadi pembanding! Keteladanan dari tokoh-tokoh masyarakat jadi kunci bagi pematangan karakter anak didik!"

"Juga perlu disadari pendidik, rekayasa dengan mendayagunakan internet ini menjadikan sekolah bukan lagi lembaga tertutup!" timpal Amir. "Anak didik bebas mencari sendiri contoh di luar sekolah, termasuk contoh negatif! Hasil pendidikan karakter di sekolah pun akan terpengaruh realitas karakter bangsa!" ***


0 komentar: