Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Ironi Investasi, Gurita 12 Tentakel!

INVESTASI yang dipuja para penguasa negara terbelakang untuk memajukan ekonomi negerinya ternyata menyerupai gurita dengan 12 tentakel pengisap cairan tubuh mangsanya! 

Untuk kasus Indonesia, "Setiap 1 miliar dolar AS investasi asing yang tertanam di Indonesia dalam satu tahun (2010—2014) sebanding dengan 12 miliar dolar AS yang ke luar negeri, yang merupakan hasil keuntungan investasi asing yang kembali ke negara asal, pembayaran bunga utang luar negeri," ujar Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Hendri Saparini tentang dampak buruk investasi pada ekonomi suatu negara (Kompas.com, 25/2).

Sebagai contoh, Hendri menyebut rupiah yang terus pontang-panting, selain karena situasi global, pelemahannya juga sebagai dampak buruk kinerja ekonomi nasional, khususnya karena pembengkakan defisit neraca berjalan yang didominasi defisit neraca pendapatan primer—terkait arus investasi. 

Menurut dia, pada 2014 neraca defisit pendapatan primer mencapai 27 miliar dolar AS, lebih besar ketimbang defisit neraca berjalan itu sendiri sebesar 26 miliar dolar AS. Penyebabnya, besarnya pembayaran ke luar untuk investasi baik langsung, portofolio, dan investasi lainnya sampai 12 kali lipat dari penerimaan investasi pada tahun yang sama. 

Bahkan, defisit pendapatan investasi langsung, ujar Hendri, menyumbang hampir 64% dari defisit neraca pendapatan primer. Ironis memang. Pemerintah berbenah di segala bidang agar investasi masuk negeri ini, padahal kenyataannya investasi itu gurita yang mengisap darah segar perekonomian nasional dengan 12 tentakel yang setiap tentakel berdaya sedot setara investasi yang masuk pada tahun sama. 

Ironi juga terlihat ketika kita bersorak menyambut rekor baru tembus 5.400 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Busa Efek Indonesia (BEI), padahal pemain lokal di bursa tersebut kurang dari 5%. 

Kita bersorak riang ketika para investor menggoreng harga saham di BEI agar cepat memberikan keuntungan besar pada mereka meski keuntungan investor itu menyedot darah segar perekonomian nasional negeri kita! Untuk mengurangi besarnya arus CAPITAL outflow itu, salah satu saran Hendri, agar mengurangi penerbitan obligasi pemerintah. 

Beberapa tahun terakhir, pemerintah membiayai 74% utangnya dari obligasi. Padahal, bunga obligasi tinggi, sesuai yang berlaku di pasar. Kalau seperti selama ini, utang hanya untuk menambah nikmat elite, terasa sakit rakyat memikulnya! ***

0 komentar: