UN—ujian nasional—tingkat SMA pekan lalu berlangsung lancar, tanpa ketegangan melanda murid. Kebocoran soal juga tidak menghebohkan, karena fungsi UN bukan lagi penentu kelulusan, melainkan hanya untuk evaluasi dan pemetaan mutu pendidikan. Demikianlah pendidikan eksperimentalis, sambil jalan dilakukan perubahan untuk dilihat kemudian saja akibatnya dalam kurikulum campur-aduk, sebagian pakai K-2013 sisanya pakai KTSP.
Realitas eksperimentalis pendidikan di Indonesia itu telah berlangsung sejak peralihan dari sistem kolonial ke sistem merdeka di bawah Menteri Pendidikan Mr. Suwandi, dengan kurikulum 1947. Saat hadir UUDS 1950, sistem disesuaikan lewat kurikulum 1952. Begitu terus, gonta-ganti kurikulum dilakukan sesuai dengan selera penguasa politik maupun gaya pribadi orang yang jadi menteri pendidikan!
Tiadanya sistem pendidikan baku yang diamalkan berkesinambungan itu, tecermin dalam kegalauan hidup bangsa dewasa ini. Dalam politik, semua pihak merasa paling benar sendiri. Siapa pun yang dipercaya memegangnya, kekuasaan disalahgunakan, gasak sana gasak sini, unjuk kekuatan, menguras sumber alam sampai ludes, dengan hasil ketimpangan sosial yang terus memburuk—yang kuat tambah kaya, kaum lemah tambah miskin dan semakin sengsara tak berdaya!
Bukan berarti perlu membentuk komisi nasional untuk merumuskan sistem baku pendidikan yang baru, karena hasilnya juga hanya akan menjadi eksperimen tersendiri lagi. Melainkan, yang diperlukan adalah bagaimana menyistematisasikan realitas segala kegalauan pendidikan itu menjadi sebuah sistem pendidikan yang baku—pendidikan eksperimental!
Dengan sistem itu, setiap perubahan mendadak atau berbagai eksperimen yang muncul dalam dunia pendidikan tidak dipandang sebagai hal kontroversial, tapi pertanda sistemnya dinamis dan bergairah! Untuk itu, pilihannya adalah menjadikan kegalauan atau big bang terakhir sebagai patokan awal penyadaran prosesnya sebagai sebuah sistem baku, mencapai tujuan pendidikan yang excellent! Big bang terakhir itu mungkin penetapan dipakai bersama K-2013 dan KTSP, serta peralihan fungsi UN bukan lagi sebagai penentu kelulusan.
Dari situ, pengelola pendidikan nasional secara teratur harus menciptakan kebijakan kontroversial yang membuat masyarakat jadi benar-benar galau dari waktu ke waktu. Dengan demikian, akan terbentuk masyarakat tangguh, yang tahan banting untuk selalu hidup normal di tengah kegalauan yang tiada henti! ***
Bukan berarti perlu membentuk komisi nasional untuk merumuskan sistem baku pendidikan yang baru, karena hasilnya juga hanya akan menjadi eksperimen tersendiri lagi. Melainkan, yang diperlukan adalah bagaimana menyistematisasikan realitas segala kegalauan pendidikan itu menjadi sebuah sistem pendidikan yang baku—pendidikan eksperimental!
Dengan sistem itu, setiap perubahan mendadak atau berbagai eksperimen yang muncul dalam dunia pendidikan tidak dipandang sebagai hal kontroversial, tapi pertanda sistemnya dinamis dan bergairah! Untuk itu, pilihannya adalah menjadikan kegalauan atau big bang terakhir sebagai patokan awal penyadaran prosesnya sebagai sebuah sistem baku, mencapai tujuan pendidikan yang excellent! Big bang terakhir itu mungkin penetapan dipakai bersama K-2013 dan KTSP, serta peralihan fungsi UN bukan lagi sebagai penentu kelulusan.
Dari situ, pengelola pendidikan nasional secara teratur harus menciptakan kebijakan kontroversial yang membuat masyarakat jadi benar-benar galau dari waktu ke waktu. Dengan demikian, akan terbentuk masyarakat tangguh, yang tahan banting untuk selalu hidup normal di tengah kegalauan yang tiada henti! ***
0 komentar:
Posting Komentar