TOLABUL 'ilmi walau tu Sin—tuntutlah ilmu meski harus sampai ke Tiongkok—adalah pernyataan imperatif untuk mendorong motivasi belajar warga muslim. Karena kebetulan Presiden Joko Widodo baru pulang dari Tiongkok, ilmu apa yang layak kita belajar dari mereka dewasa ini? Tak lain, ilmu mengelola keuangan negara!
Dewasa ini Tiongkok merupakan negara pemilik cadangan devisa terbesar di dunia, yakni 3,84 triliun dolar AS pada akhir Desember 2014. Selain itu, Tiongkok juga merupakan pemilik asing terbesar atas treasuries (surat-surat berharga) Amerika Serikat, yakni sebesar 1,24 triliun dolar AS pada akhir Desember 2014. Satu-satunya negara yang mampu menempel Tiongkok dalam pemilikan treasuries AS ini Jepang, sebesar 1,23 triliun dolar AS pada saat sama (vibiznews, 19-2-2015).
Dengan penguasaan dolar dan obligasi AS yang sedemikian besarnya, kalau banyak negara lain limbung dibuat penguatan dolar AS belakangan ini, Tiongkok justru menikmati benefitnya secara luar biasa! Contohnya, surplus perdagangan Negeri Tirai Bambu itu dalam bulan Februari 2015 saja sebesar 60,6 miliar dolar AS, dengan surplus terbesar juga dari AS.
Surplus bulanan itu dicapai dari ekspor Februari yang naik 48,3% jadi 169,2 miliar dolar AS dan impor turun 5% jadi 108,6 miliar dolar AS (Kompas.com, 30-3).
Bandingkan dengan Indonesia, yang pada akhir Februari 2015 punya cadangan devisa 115,5 miiliar dolar AS, tapi punya utang sebesar 280 miliar dolar AS.
Bahkan, per Januari 2015 saja, Indonesia masih menarik utang luar negeri baru sebesar Rp681,27 triliun—25,2% dari total utang pemerintah! (detik-Finance, 26-2-2015).
Lalu harus mulai dari mana untuk belajar dari Tiongkok itu? Pertama, membangun pembangkit listrik yang cukup.
Pada 2013, Tiongkok punya 1 juta mw, tepatnya 1.073 gw, sedang Indonesia pada waktu sama cuma punya 45 ribu mw (0,045 gw). Kedua, membangun jalan tol. Tiongkok pada 2013 punya 60 ribu km jalan tol, bahkan di satu Provinsi Xinjiang yang mayoritas warganya suku Uighur muslim punya 2.500 km jalan tol, Indonesia waktu yang sama cuma punya 770 km jalan tol.
Tampak, dari sisi Lampung kita harus bisa menggesa PLTU Sebalang 2 x 100 mw yang lama mangkrak agar segera dibereskan buat menutupi defisit listrik Lampung!
Juga tol Trans Sumatera ruas Bakauheni—Terbanggi (138 km) yang April ini groundbreaking, agar semua warga Lampung mendukung kelancaran pembangunannya. Kita sudah jauh tertinggal—Malaysia saat ini sudah punya 3.000 km jalan tol! Masak Lampung sejengkal pun tak punya? ***
0 komentar:
Posting Komentar