GROUNDBREAKING—peletakan batu pertama—tol trans-Sumatera ruas Bakauheni—Terbanggibesar ditunda, bukan berarti batal pembangunannya. Tapi, karena komitmen biayanya dari Tiongkok baru didapat pekan lalu.
“Komitmen pembiayaan dari Tiongkok 50 miliar dolar AS atau sekitar Rp645 triliun (kurs Rp12.900/dolar AS) sudah disepakati untuk infrastruktur jalan tol, pelabuhan, pembangkit dan transmisi listrik, serta pelayaran,” ujar Menteri BUMN Rini Sumarno, Jumat (24/4).
Sebesar 40 miliar dolar AS akan diperoleh dari China Development Bank dan Industrial and Commercial Bank of China kepada BUMN yang menggarap pembangunan jalan tol trans-Sumatera (Kompas.com, 25/4).
Sedang 10 miliar dolar AS sisanya untuk PT PLN (Persero) mendukung program membangun pembangkit 35 ribu mw dan transmisi listrik.
Tol trans-Sumatera dari Bakauheni sampai Banda Aceh panjangnya sekitar 2.700 km, sedang Bakauheni—Terbanggi sekitar 138 km.
Dengan biaya membangun tol antara Rp55 miliar sampai Rp80 miliar per km, tergantung pada kondisi medannya, untuk 2.700 km jalan tol trans-Sumatera dibutuhkan minimal Rp148,5 triliun atau maksimal Rp216 triliun. Berarti dana 40 miliar dolar atau Rp516 triliun dari Tiongkok itu jika dibuat untuk membangun dua jalur jalan tol trans-Sumatera, satu di pesisir barat dan satu di pesisir timur masih ada sisanya yang bisa untuk membangun infrastruktur lainnya. Sedang untuk membangun 138 km jalan tol Bakauheni—Terbanggibesar biayanya minimal Rp7,59 triliun atau maksimal Rp11,04 triliun. Artinya, kalau komitmen investor dari Tiongkok seperti disebutkan Menteri BUMN itu benar adanya, biaya pembangunan jalan tol trans-Sumatera tak masalah lagi.
Untuk itu, kesampingkan jauh-jauh gosip atau kabar angin tentang rendahnya realisasi komitmen investor Tiongkok. Seperti yang dikemukakan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani, rata-rata dari setiap 10 komitmen investor asal Tiongkok, hanya satu yang benar-benar terealisasi investasinya (detik-Finance, 22/3). Jadi, kalau groundbreaking pertama tol Bakauheni—Terbanggibesar yang dicanangkan 26 April 2015 batal dengan alasan dananya belum cair akibat perubahan nomenklatur APBN dari Kementerian PU ke Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), diharapkan groundbreaking berikutnya tak ditunda lagi dengan alasan rendahnya rasio realisasi dari investor Tiongkok! ***
Dengan biaya membangun tol antara Rp55 miliar sampai Rp80 miliar per km, tergantung pada kondisi medannya, untuk 2.700 km jalan tol trans-Sumatera dibutuhkan minimal Rp148,5 triliun atau maksimal Rp216 triliun. Berarti dana 40 miliar dolar atau Rp516 triliun dari Tiongkok itu jika dibuat untuk membangun dua jalur jalan tol trans-Sumatera, satu di pesisir barat dan satu di pesisir timur masih ada sisanya yang bisa untuk membangun infrastruktur lainnya. Sedang untuk membangun 138 km jalan tol Bakauheni—Terbanggibesar biayanya minimal Rp7,59 triliun atau maksimal Rp11,04 triliun. Artinya, kalau komitmen investor dari Tiongkok seperti disebutkan Menteri BUMN itu benar adanya, biaya pembangunan jalan tol trans-Sumatera tak masalah lagi.
Untuk itu, kesampingkan jauh-jauh gosip atau kabar angin tentang rendahnya realisasi komitmen investor Tiongkok. Seperti yang dikemukakan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani, rata-rata dari setiap 10 komitmen investor asal Tiongkok, hanya satu yang benar-benar terealisasi investasinya (detik-Finance, 22/3). Jadi, kalau groundbreaking pertama tol Bakauheni—Terbanggibesar yang dicanangkan 26 April 2015 batal dengan alasan dananya belum cair akibat perubahan nomenklatur APBN dari Kementerian PU ke Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), diharapkan groundbreaking berikutnya tak ditunda lagi dengan alasan rendahnya rasio realisasi dari investor Tiongkok! ***
0 komentar:
Posting Komentar