DI desa-desa pelosok, maling, rampok, dan begal gentayangan, tetapi polisi masih kurang tenaga dan jangkauannya untuk mengayomi masyarakat. Tapi, kini muncul gagasan yang langsung direalisasikan, polisi parlemen! Dipimpin seorang brigjen, kesatuan baru ini siap dibentuk di lokasi parlemen dengan prioritas pengadaan kantor, mes, ratusan pucuk senjata laras panjang, dua mobil water cannon dan kelengkapan lainnya! (Kompas.com, 15/4).
Apakah di parlemen ada maling, rampok, dan begal, hingga pengadaan polisinya lebih diprioritaskan daripada pelosok desa yang warganya benar-benar butuh pengayoman dan perlindungan polisi?
Prioritas itu tentu dibuat para anggota DPR yang mengusulkan polisi parlemen berdasarkan perhitungan yang betul-betul rasional, dengan perbandingan jumlah anggota parlemen yang tak jauh beda dari jumlah rumah tangga penduduk sebuah desa di pelosok.
Lalu dibandingkan lagi jumlah orang yang berasal dari lokasi parlemen dengan warga desa pelosok itu, mana yang lebih banyak masuk penjara. Mungkin pembandingan itu menghasilkan lokasi parlemen memang lebih prioritas untuk mendapatkan fasilitas pengamanan istimewa. Polisi parlemen!
Nantinya, 1.194 polisi dan PNS dipimpin seorang brigjen itu diproyeksikan untuk tidak sekadar mengamankan lingkungan parlemen seperti yang sekarang dilakukan 29 anggota pengamanan dalam (pamdal) untuk MPR, 489 pamdal untuk DPR, dan 50 pamdal untuk DPD.
Tetapi, juga untuk mengawal rumah dinas dan mengawal anggota Dewan dalam perjalanan dinas.
Untuk itu, kalau anggaran kebutuhan pamdal sekarang, menurut Direktur Center for Budget Analysis Uchok Sky Khadafi, mencapai Rp18 miliar/tahun, untuk dana kebutuhan polisi parlemen itu sekarang masih sulit menghitungnya.
Anggaran untuk polisi parlemen memang tidak hanya gaji.
Dalam proposal kebutuhan sarana-prasarana, selain yang sudah disebutkan di atas juga muncul pembelian tujuh golf car, 60 alat pemadam api ringan, dan pengadaan rumah dinas 130 unit.
Wacana polisi parlemen membingungkan rakyat yang tercekam ketakutan kepada rampok dan begal maut yang aksinya kadang membuat polisi kewalahan.
Apa yang ditakutkan anggota DPR dengan pagar kompleks yang cukup tinggi dan pamdal yang selama ini bekerja efektif menjaga keamanan. Apakah takut pada demonstrasi besar-besaran mahasiswa yang disiapkan 20 Mei nanti, mengulang sejarah 20 Mei 1998? Kan demo rakyat soal biasa! Kenapa anggota DPR tiba-tiba jadi takut kepada rakyatnya sendiri? ***
0 komentar:
Posting Komentar