Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Indonesia 1, Bukti Investasi Berjalan!

PRESIDEN Joko Widodo, Sabtu (23/5), menyatakan ia datang ke groundbreaking pembangunan Gedung Indonesia 1 di Jalan Thamrin, Jakarta, karena pembangunan gedung dengan investasi Rp8 triliun itu bukti investasi akan terus berjalan dan mengalir sehingga pertumbuhan investasi dipastikan akan terjadi.

"Memang negara kita tidak hanya tergantung pada APBN untuk menumbuhkan ekonomi. Tapi, pertumbuhan ekonomi juga sangat tergantung pada investasi. Tidak mungkin semua pembangunan dibiayai APBN," tegas Presiden. Karena itu, pembangunan seperti Gedung Indonesia 1 yang berasal dari investasi asing itu amat penting dalam mendukung usaha Indonesia mencapai predikat layak investasi dari pemeringkat internasional, lanjutnya.

Ia nengharap masyarakat membantu pemerintah yang tinggal selangkah lagi mencapai predikat tersebut, karena dengan predikat itu bunga pinjaman untuk investasi dari luar negeri menjadi jauh lebih rendah. Gedung Indonesia 1 dibangun oleh PT China Sonangol Media Investment (CSMI), kerja sama China Sonangol dan Media Group yang dipimpin Surya Paloh. Menurut Dirut CSMI Rery L Murdiat, gedung setinggi 303 meter itu akan menjadi gedung tertinggi di Indonesia. 
Terdiri dari dua menara berlantai 59 dan 55, dibangun di atas lahan seluas 18.925 meter persegi, dengan luas area konstruksi 306 ribu meter persegi. Filosofi nama Indonesia 1, kata Rery, adalah Satu Semangat, Satu Kebangsaan, dan Satu Tujuan untuk Membangun Bangsa. 

Gedung ini dibangun dengan sertifikat Greenmark Platinum Grafe A, sertifikasi tertinggi untuk kategori bangunan ramah lingkungan meliputi penggunaan energi seminimal mungkin, kaca double glass, low emission, dan sistem daur ulang limbah. Indonesia 1 sebuah model investasi lewat kerja sama investor asing dengan pengusaha domestik, yang dasarnya kepercayaan sang investor terhadap mitranya di Indonesia. Jadi, dasar utamanya kredibilitas pengusaha kita di mata investor, tak peduli perekonomian negeri ini sedang melambat, atau belum berpredikat layak investasi dari pemeringkat internasional.

 Model ini jelas perlu dikembangkan lebih-lebih ketika kondisi perekonomian nasional menurut standar umum internanional kurang menarik bagi investor karena selain sedang melambat juga infrastruktur masih buruk, pasokan energi byarpet, dan seterusnya. Lebih tepat lagi kalau yang digandeng masuk oleh pengusaha kita adalah investor meningkatkan infrastruktur dan pasokan energi. Jadi, sekaligus menambal kelemahan kita! ***

0 komentar: