Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Para Pemain Bola pun Terkapar!

PSSI—Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia—meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia karena meniadakan kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2015. Wakil Ketua Umum PSSI Hinca Panjaitan menyatakan demi kepastian kompetisi, pihaknya mengambil keputusan tersebut (meniadakan ISL) agar situasinya menjadi pasti. 

Ia tegaskan, PSSI lebih pantas untuk menundukkan diri kepada induk sepak bola dunia, yakni AFC dan FIFA, daripada Menpora Imam Nahrawi yang notabene masih mitra kerja. (Kompas.com, 2/5)

"Kami meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia dengan meniadakan kompetisi karena terjadinya force majeure," ujar Hinca. Force majeure itu suatu kejadian di luar kemampuan sesuatu pihak (dalam hal ini PSSI) untuk mengatasinya. 

Force majeure yang dimaksud Hinca adalah pembekuan PSSI oleh Menpora, dan surat Menpora ke Mabes Polri untuk tidak memberi izin keramaian kompetisi di bawah PSSI. Sejumlah pertandingan yang dijadwalkan dua pekan lalu pun batal. 

Pertemuan 16 klub ISL dengan Menpora Senin pekan lalu tak menghasilkan jalan keluar, karena pihak klub menyatakan tetap setia pada PSSI. Kini, yang paling berat menanggung akibatnya adalah para pemain. Tanpa kompetisi, mereka tak ada pekerjaan. Selain ISL, kompetisi Divisi Utama dan divisi lain juga ikut terhenti. 

"Kalau sudah begini yang dirugikan ya pemain yang bermain di klub-klub kecil," tegas Rudi Wiliam Keltjes, mantan pelatih PSM. "Untuk pemain besar dengan gaji tinggi mungkin tak masalah, karena mereka masih memiliki tabungan yang banyak. 

Tetapi pemain dengan bayaran kecil, tentu kasihan. Mereka harus menggadaikan motor atau hartanya untuk menghidupi keluarganya." (Kompas.com, 2/5) Dengan begitu, apalagi tanpa kompetisi, nasib pemain sepak bola jelas sudah terkapar. Kalau masih ada kompetisi, meski sedikit ada hasil penjualan tiket yang bisa untuk mencicil gaji pemain. 

Nasib begitu ditemukan sedikitnya di 17 klub Divisi Utama yang menunggak gaji pemain. Antara lain, Mojokerto FC (3 bulan), Persewangi (5 bulan), PS Sumbawa (3 bulan), PPSM (5 bulan), PS Bangka (1,5 sampai 6 bulan), PSPS (belum digaji sama sekali sejak awal kompetisi 2014), Persewon (7 bulan), Persires (belum sama sekali), Persepar (5 bulan), Persik (4 bulan), dan Persiku Kudus (7 bulan). Dengan itu jangankan berprestasi! Malah para pemain sepak bola yang terkapar hidup sengsara. Sedihnya, itu justru bukti kekuasaan dijalankan efektif-efisien! ***

0 komentar: