FIFA—otoritas tertinggi sepak bola dunia—lewat Kongres Luar Biasa di Zurich, Swiss, Jumat (26/2/2016) mendapat presiden baru, Gianni Infantino. Ia menggantikan Sepp Blatter setelah meraih 115 suara, mengalahkan Sheikh Salman bin Ebrahim al-Khalifa yang meraih 88 suara.
Infantino lahir di Brig, Swiss, 23 Maret 1970, berdarah Italia dari daerah asal Calabria dan Lombardy. Ayah empat anak ini punya tiga kewarganegaraan, Swiss, Italia, dan Yunani. Ia fasih lima bahasa, Italia, Prancis, Jerman, Inggris, dan Spanyol. (detiknews, 27/2/2016)
Infantino punya tugas berat memulihkan reputasi FIFA yang tercoreng skandal korupsi, suap, dan pencucian uang. Kasus itu yang menjerat beberapa eksekutif FIFA, memaksa Blatter untuk lengser.
"Saya telah melalui sebuah perjalanan luar biasa, yang membuat saya menemui banyak orang fantastis, yang hidup dan bernapas di sepak bola, dan banyak orang berhak melihat FIFA dengan sangat disegani," ujar Infantino dalam pidatonya usai pemilihan seperti dikutip The Guardian.
"Semua orang di dunia akan mengelukan kami atas apa yang akan kami lakukan. Semua orang akan bangga dengan apa yang akan kami lakukan. Saya ingin bekerja dengan Anda semua untuk menetapkan sebuah era baru, di mana kita bisa menempatkan sepak bola di panggung utama," tegasnya.
Infantino maju ke pemilihan presiden FIFA selaku Sektetaris Jenderal UEFA (Persatuan Sepak Bola Eropa) yang sudah dijabatnya sejak 2009. Sebelum itu ia menjabat Sekretaris Jenderal International Center for Sport Studies di Universitas Neuchatel.
Ia seorang pengacara lulusan Universitas Fribourg, sempat menjadi penasihat untuk sejumlah organisasi sepak bola di Italia, Spanyol, dan Swiss. Selama kariernya di UEFA ikut berperan mengubah jumlah peserta di Piala Eropa, yang mulai di Prancis 2016 ini jadi 24 tim dari sebelumnya 16 tim. Juga ide menambah peserta Piala Dunia jadi 40 negara.
FIFA dengan slogan "For the Game, For the World" (Untuk Permainan, Untuk Dunia) didirikan di Paris, 21 Mei 1904. Dengan presiden pertama FIFA Robert Guerin, Sepp Blatter menjadi presiden pertama yang berhenti secara tidak hormat, hingga Infantino menjadi presiden FIFA pertama hasil KLB.
Blatter berhenti Desember 2015, setelah sejak Mei 2015 FBI membongkar skandal suap dan pencucian uang atas Wakil Presiden FIFA Juan Angel Napout, yang melibatkan 16 orang eksekutif FiFA dan tokoh lainnya. Usainya KLB FIFA dan Gianni Infantino jadi presiden baru, gonjang-ganjing di FIFA berakhir. ***
Infantino punya tugas berat memulihkan reputasi FIFA yang tercoreng skandal korupsi, suap, dan pencucian uang. Kasus itu yang menjerat beberapa eksekutif FIFA, memaksa Blatter untuk lengser.
"Saya telah melalui sebuah perjalanan luar biasa, yang membuat saya menemui banyak orang fantastis, yang hidup dan bernapas di sepak bola, dan banyak orang berhak melihat FIFA dengan sangat disegani," ujar Infantino dalam pidatonya usai pemilihan seperti dikutip The Guardian.
"Semua orang di dunia akan mengelukan kami atas apa yang akan kami lakukan. Semua orang akan bangga dengan apa yang akan kami lakukan. Saya ingin bekerja dengan Anda semua untuk menetapkan sebuah era baru, di mana kita bisa menempatkan sepak bola di panggung utama," tegasnya.
Infantino maju ke pemilihan presiden FIFA selaku Sektetaris Jenderal UEFA (Persatuan Sepak Bola Eropa) yang sudah dijabatnya sejak 2009. Sebelum itu ia menjabat Sekretaris Jenderal International Center for Sport Studies di Universitas Neuchatel.
Ia seorang pengacara lulusan Universitas Fribourg, sempat menjadi penasihat untuk sejumlah organisasi sepak bola di Italia, Spanyol, dan Swiss. Selama kariernya di UEFA ikut berperan mengubah jumlah peserta di Piala Eropa, yang mulai di Prancis 2016 ini jadi 24 tim dari sebelumnya 16 tim. Juga ide menambah peserta Piala Dunia jadi 40 negara.
FIFA dengan slogan "For the Game, For the World" (Untuk Permainan, Untuk Dunia) didirikan di Paris, 21 Mei 1904. Dengan presiden pertama FIFA Robert Guerin, Sepp Blatter menjadi presiden pertama yang berhenti secara tidak hormat, hingga Infantino menjadi presiden FIFA pertama hasil KLB.
Blatter berhenti Desember 2015, setelah sejak Mei 2015 FBI membongkar skandal suap dan pencucian uang atas Wakil Presiden FIFA Juan Angel Napout, yang melibatkan 16 orang eksekutif FiFA dan tokoh lainnya. Usainya KLB FIFA dan Gianni Infantino jadi presiden baru, gonjang-ganjing di FIFA berakhir. ***
0 komentar:
Posting Komentar