Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Program Sentra Peternakan Rakyat!

KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) punya program bagus untuk mengatasi kekurangan indukan dan sapi potong di Tanah Air, yakni lewat program Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Dalam lima tahun ke depan akan dibangun 1.000 SPR, dengan setiap SPR memelihara 1.000 ekor induk sapi.

Rancangan program tersebut dikemukakan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Muladno dalam Munas Gabungan Asosiasi Pengusaha Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) di Lampung (detikfinance, 17/2/2016). 

Dalam program ini, 500 peternak rakyat dan sembilan tokoh peternak diorganisasi dalam sentra, didampingi ahli-ahli peternakan dari perguruan tinggi, Litbang Kementan, dan satu dokter hewan. Pengelolaan SPR akan dipimpin satu manajer. 

Dalam satu SPR minimal ada 1.000 ekor sapi indukan dengan biaya pengelolaan Rp1 miliar setahun. Untuk 1.000 SPR selama lima tahun, menurut Muladno, perlu dana APBN Rp5 triliun. 

Muladno belum menyebutkan dari mana didapat modal pengadaan 1.000 indukan sapi unuk setiap SPR, yang jumlahnya tentu tidak kecil. Kalau induk sapi unggul per ekor Rp20 juta, berarti untuk pengadaan induknya setiap SPR butuh Rp20 miliar. 

Untuk 1.000 SPR harus ada Rp20 triliun. Ini sebanding dengan benefitnya, yang menurut hitungan Muladno dalam lima tahun itu bisa menghemat impor sebesar Rp13,9 triliun, terdiri dari impor indukan Rp9,9 triliun dan sapi bakalan Rp4 triliun. 

Benefit lain juga didapat dari setiap SPR, menurut Muladno, adalah peningkatan populasi sapi lokal yang jumlahnya terpantau lebih akurat, peningkatan kesejahteraan peternak kecil, serta penciptaan lapangan kerja di perdesaan. 

Pembangunan SPR itu bisa lebih cepat terwujud jika dipadu dengan aspirasi dari bawah bersama tumbuhnya badan usaha milik desa (bumdes) yang ingin berusaha ternak sapi. Untuk satu bumdes mungkin terlalu besar menangani SPR dengan minimal 1.000 indukan sapi. Oleh karena itu, di Kabupaten Tulangbawang muncul ide membentuk badan usaha milik antar-desa (bumades) pada tingkat kecamatan. 

Mungkin bumades itu yang tepat diformat menjadi SPR karena dengan anggota lebih 10 bumdes cukup sebanding menangani 1.000 induk sapi, termasuk untuk pengadaan induk sapinya disisihkan dari dana desa secara bertahap selama lima tahun. 

Untuk bumades dengan rencana beternak sapi itu, programnya di Tulangbawang ditangani dengan pendampingan tim Universitas Bandar Lampung. Tinggal menyambung programnya, agar bumades menjadi SPR yang mendapat dana Rp1 miliar per tahun dari Kementan. ***

0 komentar: