RUSIA dengan serangan udaranya telah menjadi mesin pembunuh penebar maut baru atas warga sipil tak bersalah di Suriah. Sejak dilancarkan empat bulan lalu, kampanye udara Rusia sudah menewaskan nyaris 1.400 warga sipil negeri itu.
Pemantau HAM Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, dilansir Reuters, Sabtu (30/1), melaporkan warga sipil merupakan kelompok korban terbesar serangan udara Rusia. Selain itu, menewaskan kelompok sasaran militer, yakni militan ISIS sebanyak 965 orang dan berbagai kelompok pemberontak 1.233 orang. (detiknews, 30/1)
Rusia mulai operasi udara di Suriah 30 September untuk menyelamatkan sekutunya, rezim Presiden Bashar al Assad, yang makin terdesak dengan sebagian besar wilayahnya dikuasai ISIS dan kelompok-kelompok oposisi yang memberontak. Namun, serangan udara Rusia sering menyasar kawasan sipil yang jauh dari garis depan pertempuran, korban sipil pun berjatuhan.
Bahkan, Senin (11/1), serangan udara Rusia mengenai sekolah di Ankara, Provinsi Aleppo, menewaskan delapan murid dan gurunya, serta melukai 20 murid dan guru lainnya. Namun, Moskwa selalu membantah serangan udaranya di Suriah telah merenggut nyawa warga sipil. Tak ayal, serangan udara Rusia yang lebih banyak menelan korban warga sipil itu menjadi pendorong lebih masif pengungsi keluar dari negeri itu, terutama ke Turki, untuk selanjutnya mencari suaka politik ke Eropa.
Mereka menembus musim dingin dan gelombang tinggi Laut Tengah dengan perahu seadanya, hingga PBB mencatat sepanjang 2015 sedikitnya 170 orang pencari suaka ini tewas dalam usaha mereka mencapai pantai Yunani. Sesampai Eropa, mereka bukan pula mendapat sambutan baik. Austria pada Januari lalu telah menutup perbatasannya dari kedatangan mereka.
Bahkan, Kanselir Jerman Merkel mendapat tekanan, termasuk dari partainya sendiri, untuk menghentikan penerimaan terhadap pencari suaka dari Timur Tengah. Isyarat para pengungsi pencari suaka ke Eropa menemui jalan buntu datang dari Swedia, negara yang terkenal moderat dan humanis. Tapi, nyatanya, akhir Januari lalu, Pemerintah Swedia mengumumkan niatnya untuk mengusir 80 ribu migran yang tiba di negerinya 2015.
Menteri Dalam Negeri Swedia Anders Ygeman mengatakan, "Kami bicara tentang 60 ribu orang, tetapi jumlahnya bisa naik menjadi 80 ribu orang." Menurut dia, pemerintah telah meminta polisi dan otoritas yang bertanggung jawab terhadap migran untuk mengatur pengusiran mereka (Kompas.com, 28/1). Malang nian nasib warga Suriah! ***
Rusia mulai operasi udara di Suriah 30 September untuk menyelamatkan sekutunya, rezim Presiden Bashar al Assad, yang makin terdesak dengan sebagian besar wilayahnya dikuasai ISIS dan kelompok-kelompok oposisi yang memberontak. Namun, serangan udara Rusia sering menyasar kawasan sipil yang jauh dari garis depan pertempuran, korban sipil pun berjatuhan.
Bahkan, Senin (11/1), serangan udara Rusia mengenai sekolah di Ankara, Provinsi Aleppo, menewaskan delapan murid dan gurunya, serta melukai 20 murid dan guru lainnya. Namun, Moskwa selalu membantah serangan udaranya di Suriah telah merenggut nyawa warga sipil. Tak ayal, serangan udara Rusia yang lebih banyak menelan korban warga sipil itu menjadi pendorong lebih masif pengungsi keluar dari negeri itu, terutama ke Turki, untuk selanjutnya mencari suaka politik ke Eropa.
Mereka menembus musim dingin dan gelombang tinggi Laut Tengah dengan perahu seadanya, hingga PBB mencatat sepanjang 2015 sedikitnya 170 orang pencari suaka ini tewas dalam usaha mereka mencapai pantai Yunani. Sesampai Eropa, mereka bukan pula mendapat sambutan baik. Austria pada Januari lalu telah menutup perbatasannya dari kedatangan mereka.
Bahkan, Kanselir Jerman Merkel mendapat tekanan, termasuk dari partainya sendiri, untuk menghentikan penerimaan terhadap pencari suaka dari Timur Tengah. Isyarat para pengungsi pencari suaka ke Eropa menemui jalan buntu datang dari Swedia, negara yang terkenal moderat dan humanis. Tapi, nyatanya, akhir Januari lalu, Pemerintah Swedia mengumumkan niatnya untuk mengusir 80 ribu migran yang tiba di negerinya 2015.
Menteri Dalam Negeri Swedia Anders Ygeman mengatakan, "Kami bicara tentang 60 ribu orang, tetapi jumlahnya bisa naik menjadi 80 ribu orang." Menurut dia, pemerintah telah meminta polisi dan otoritas yang bertanggung jawab terhadap migran untuk mengatur pengusiran mereka (Kompas.com, 28/1). Malang nian nasib warga Suriah! ***
0 komentar:
Posting Komentar