PSSI—Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia—nasibnya kian terpuruk disia-siakan. Presiden Joko Widodo dalam pertemuannya dengan Agum Gumelar selaku Ketua Tim Ad Hoc PSSI di Istana, Rabu (24/2/2016), didampingi Wakil Presiden M Jusuf Kalla dan Menpora Imam Mahrawi memerintahkan Menpora untuk mencabut pembekuan PSSI.
Namun, untuk melaksanakan perintah Presiden itu Menpora membuat sejumlah prasyarat, salah satunya PSSI harus melakukan Kongres Luar Biasa (KLB) mengganti pengurus PSSI (La Nyala Mataliti dkk yang tak diakui pemerintah). Padahal, sebuah prasyarat kecil dan sepele saja pun dari pemerintah terhadap organisasi sepak bola nasional di sebuah negara, dalam statuta FIFA dianggap sebagai intervensi, diharamkan FIFA.
Akibatnya, andaikan Menpora mencabut pembekuan PSSI, tapi diberi embel-embel sejumlah prasyarat seperti itu, FIFA tak akan mencabut pembekuannya terhadap PSSI. Apalagi FIFA sebelumnya mengakui KLB PSSI dan pengurus hasil KLB, La Nyala dkk.
Maka itu Agum dalam komperensi persnya Kamis (25/2/2016) mengatakan ia siap menggelar KLB seperti diminta Menpora tapi dilakukan sesuai dengan statuta FIFA. Yakni, 50% plus satu suara di PSSI meminta KLB, atau dua pertiga suara minta La Nyala mundur dari jabatannya.
Dengan belum dicabutnya pembekuan PSSI oleh Menpora, ditambah berbagai prasyarat pula, nasib PSSI di FIFA juga bisa tambah buruk. Pertama, dalam KLB FIFA yang berlangsung Jumat (26/2/2016), nama Indonesia dan Kuwait tak tercantum dalam agenda pembicaraan. Dalam agenda Any Other Business hanya ada lima negara yang dibahas, Honduras, Maladewa, Benin, Guatemala, dan Thailand. (Kompas.com, 26/2/2016)
Kedua, kalau masalah pencabutan pembekuan PSSI oleh Menpora tak kunjung selesai sesuai statuta FIFA, kata Pangeran Abdullah, Wakil Presiden AFC dan anggota Exco FIFA, pekan lalu, kami terpaksa meningkatkan hukuman tersebut.
FIFA juga telah mengeluarkan pernyataan, Indonesia dan Kuwait kehilangan hak pilih dalam KLB FIFA. "Kasus tersebut akan dibahas di Kongres Tahunan FIFA di Meksiko pada 12-13 Mei 2016," tulis pernyataan resmi FIFA.
Tampak, dari perkembangan terakhir niat baik Presiden Jokowi untuk mencabut pembekuan terhadap PSSI, dengan berbagai persyaratan yang dibuat Menpora untuk pencabutan itu justru membuat nasib PSSI malah di ujung tanduk.
Sejak lahirnya PSSI 19 April 1930 di Yogyakarta sebagai sarana perjuangan kemerdekaan bangsa, mungkin baru kali ini nasibnya terpuruk seperti tak dihargai! ***
Akibatnya, andaikan Menpora mencabut pembekuan PSSI, tapi diberi embel-embel sejumlah prasyarat seperti itu, FIFA tak akan mencabut pembekuannya terhadap PSSI. Apalagi FIFA sebelumnya mengakui KLB PSSI dan pengurus hasil KLB, La Nyala dkk.
Maka itu Agum dalam komperensi persnya Kamis (25/2/2016) mengatakan ia siap menggelar KLB seperti diminta Menpora tapi dilakukan sesuai dengan statuta FIFA. Yakni, 50% plus satu suara di PSSI meminta KLB, atau dua pertiga suara minta La Nyala mundur dari jabatannya.
Dengan belum dicabutnya pembekuan PSSI oleh Menpora, ditambah berbagai prasyarat pula, nasib PSSI di FIFA juga bisa tambah buruk. Pertama, dalam KLB FIFA yang berlangsung Jumat (26/2/2016), nama Indonesia dan Kuwait tak tercantum dalam agenda pembicaraan. Dalam agenda Any Other Business hanya ada lima negara yang dibahas, Honduras, Maladewa, Benin, Guatemala, dan Thailand. (Kompas.com, 26/2/2016)
Kedua, kalau masalah pencabutan pembekuan PSSI oleh Menpora tak kunjung selesai sesuai statuta FIFA, kata Pangeran Abdullah, Wakil Presiden AFC dan anggota Exco FIFA, pekan lalu, kami terpaksa meningkatkan hukuman tersebut.
FIFA juga telah mengeluarkan pernyataan, Indonesia dan Kuwait kehilangan hak pilih dalam KLB FIFA. "Kasus tersebut akan dibahas di Kongres Tahunan FIFA di Meksiko pada 12-13 Mei 2016," tulis pernyataan resmi FIFA.
Tampak, dari perkembangan terakhir niat baik Presiden Jokowi untuk mencabut pembekuan terhadap PSSI, dengan berbagai persyaratan yang dibuat Menpora untuk pencabutan itu justru membuat nasib PSSI malah di ujung tanduk.
Sejak lahirnya PSSI 19 April 1930 di Yogyakarta sebagai sarana perjuangan kemerdekaan bangsa, mungkin baru kali ini nasibnya terpuruk seperti tak dihargai! ***
0 komentar:
Posting Komentar