DIREKTUR Badan Intelijen Federal AS (CIA) John Brennan, di Kongres AS, memperingatkan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah mengubah taktik, dari perang terbuka di medan tempur menjadi serangan gerilya.
Perubahan taktik itu, kata Brennan, dilakukan setelah ISIS semakin terdesak di Irak dan Suriah. Serangan koalisi AS dan koalisi Rusia telah menyebabkan mereka kehilangan banyak wilayah. (Kompas.com, 17/6/2016)
ISIS merencanakan lebih banyak serangan ke negara-negara Barat sebagai balasan atas intervensi koalisi AS di Suriah dan Irak. ISIS mungkin menyelundupkan militannya dalam misi gerilya itu ke jalur pengungsi dan jalur-jalur perjalanan yang sah.
Kata petinggi CIA itu, ISIS telah menyerukan pengikutnya agar melancarkan serangan dengan pelaku tunggal di negara asal mereka seperti dilakukan Omar Mateen. Mateen, keturunan imigran Afganistan, memberondong klub malam gay Pulse, Orlando, Florida, Minggu (12/6/2016), 50 orang tewas. Mateen tewas tapi sempat menelepon nomor darurat 911 menyatakan dia telah berbaiat kepada ISIS.
ISIS membangun cabangnya di seluruh dunia menjadi suatu jejaring yang saling terhubung, ujar Brennan. ISIS semakin berkembang di Afganistan, Sinai Mesir, dan Yaman. Kelompok Boko Haram di Nigeria, Al Shabaab di Tanduk Afrika Timur, dan Abu Sayyaf di Filipina juga telah berbaiat kepada ISIS.
Militer AS melancarkan serangan serentak ke basis-basis ISIS dari Laut Tengah dan Teluk Persia, Kamis (16/6/2016). Serangan itu menandai pertama kalinya militer AS membombardir sasaran ISIS di Suriah dan Irak dari kedua sisi perairan tersebut.
Kapal penyerang amfibi USS Boxer melakukan serangan dari Teluk Persia. Saat sama, USS Harry S Truman melakukan serangan dari Laut Tengah bagian timur. "Kami tunjukkan kemampuan serangan pada waktu dan lokasi yang kami tetapkan," ujar Kapten AL Keith Moore kepada VOA, Jumat (17/6/2016).
Selain itu, kata Kolonel Anthony Henderson, perwira Komando Satuan Ekspedisi Marinir ke-13, dua pesawat tempur AV-8B Harrier menyerang basis-basis ISIS di Irak Utara, Kamis (16/6/2016).
Tekanan terhadap ISIS juga dari pasukan Libya yang telah berhasil mengusir ISIS dari Sirte, pusat kekhalifahan di Afrika Utara. Semua tekanan itu diperkirakan direktur CIA akan direspons ISIS dengan meningkatkan teror globalnya lewat gerilya.
Itu harus diwaspadai, terutama di Indonesia, yang telah mendapat ancaman ISIS lewat internet. Ancaman kelompok yang terjepit, tak layak disepelekan sebagai gertak sambal. ***
ISIS merencanakan lebih banyak serangan ke negara-negara Barat sebagai balasan atas intervensi koalisi AS di Suriah dan Irak. ISIS mungkin menyelundupkan militannya dalam misi gerilya itu ke jalur pengungsi dan jalur-jalur perjalanan yang sah.
Kata petinggi CIA itu, ISIS telah menyerukan pengikutnya agar melancarkan serangan dengan pelaku tunggal di negara asal mereka seperti dilakukan Omar Mateen. Mateen, keturunan imigran Afganistan, memberondong klub malam gay Pulse, Orlando, Florida, Minggu (12/6/2016), 50 orang tewas. Mateen tewas tapi sempat menelepon nomor darurat 911 menyatakan dia telah berbaiat kepada ISIS.
ISIS membangun cabangnya di seluruh dunia menjadi suatu jejaring yang saling terhubung, ujar Brennan. ISIS semakin berkembang di Afganistan, Sinai Mesir, dan Yaman. Kelompok Boko Haram di Nigeria, Al Shabaab di Tanduk Afrika Timur, dan Abu Sayyaf di Filipina juga telah berbaiat kepada ISIS.
Militer AS melancarkan serangan serentak ke basis-basis ISIS dari Laut Tengah dan Teluk Persia, Kamis (16/6/2016). Serangan itu menandai pertama kalinya militer AS membombardir sasaran ISIS di Suriah dan Irak dari kedua sisi perairan tersebut.
Kapal penyerang amfibi USS Boxer melakukan serangan dari Teluk Persia. Saat sama, USS Harry S Truman melakukan serangan dari Laut Tengah bagian timur. "Kami tunjukkan kemampuan serangan pada waktu dan lokasi yang kami tetapkan," ujar Kapten AL Keith Moore kepada VOA, Jumat (17/6/2016).
Selain itu, kata Kolonel Anthony Henderson, perwira Komando Satuan Ekspedisi Marinir ke-13, dua pesawat tempur AV-8B Harrier menyerang basis-basis ISIS di Irak Utara, Kamis (16/6/2016).
Tekanan terhadap ISIS juga dari pasukan Libya yang telah berhasil mengusir ISIS dari Sirte, pusat kekhalifahan di Afrika Utara. Semua tekanan itu diperkirakan direktur CIA akan direspons ISIS dengan meningkatkan teror globalnya lewat gerilya.
Itu harus diwaspadai, terutama di Indonesia, yang telah mendapat ancaman ISIS lewat internet. Ancaman kelompok yang terjepit, tak layak disepelekan sebagai gertak sambal. ***
0 komentar:
Posting Komentar