KOMJEN Tito Karnavian hampir pasti menjadi pengganti Badrodin Haiti setelah oleh Presiden Joko Widodo ia diajukan ke DPR sebagai calon tunggal untuk mengisi jabatan Kapolri. Pilihan Presiden ini mengakhiri semua teka-teki dan isu yang ramai mengiringi proses penggantian Kapolri.
Ketua DPR Ade Komarudin menerima surat terkait penggantian Kapolri itu dari Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Rabu (15/6/2016) pagi. Kapolri Badrodin Haiti akan pensiun Juli 2016.
Tito Karnavian lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964. Setamat dari SMA Negeri 2 Palembang, Tito masuk Akademi Kepolisian (Akpol), lulus 1987 sebagai peraih Bintang Adhi Makayasa—lulusan terbaik Akpol. Ia lalu mengambil Master of Arts/MA) in Police Studies, University of Exeter, UK (1993).
Tiga tahun kemudian Tito menyelesaikan pendidikan di PTIK, menjadi yang terbaik di angkatannya, diganjar Bintang Wiyata Cendekia. Pada 1998, Tito menyelesaikan pendidikan di Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland. Pada 2000, Tito lulus Sespim Polri. Juga tercatat sebagai peserta terbaik Lemhannas RI PPSA XVII, dengan imbalan Bintang Seroja. (Metrotvnews, 15/6/2016)
Memulai karier di kepolisian sebagai perwira Samapta Polres Metro Jakarta Pusat, lalu kanit Jatanras Reserse Polres Metro Jakpus (1987—1991), Tito terakhir menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sejak 16 Maret 2016. Sebelum itu Tito menjadi Kapolda Metro Jaya (12 Juni 2015—16 Maret 2016). Tak beda dengan kecemerlangan prestasinya di setiap jenjang pendidikan, karier Tito dalam tugas kepolisian juga gemilang tanpa diwarnai hal-hal yang kontroversial.
Mungkin faktor itulah yang menjadi salah satu dasar penting pertimbangan Presiden untuk menjadikannya calon tunggal Kapolri, meski sebenarnya ada sejumlah perwira tinggi Polri yang lebih senior. Pertimbangan itu bisa dipahami, mengingat pengalaman penentuan calon Kapolri sebelumnya yang cenderung kontroversial sehingga menguras energi bangsa terjebak polemik berlarut-larut.
Untuk itu, kalangan DPR diharapkan bisa memproses cepat pejabat pengganti Kapolri ini, agar tidak keburu dijadikan bola liar oleh pihak-pihak yang punya kepentingan khusus soal siapa yang paling tepat bagi mereka duduk di kursi Kapolri.
Bisa dipahami kalau ada pihak-pihak tertentu punya nama calon tersendiri untuk jabatan tersebut sesuai kepentingannya. Tapi pilihan Presiden kali ini layak dihormati untuk diterima bersama sebagai yang terbaik. ***
Tito Karnavian lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964. Setamat dari SMA Negeri 2 Palembang, Tito masuk Akademi Kepolisian (Akpol), lulus 1987 sebagai peraih Bintang Adhi Makayasa—lulusan terbaik Akpol. Ia lalu mengambil Master of Arts/MA) in Police Studies, University of Exeter, UK (1993).
Tiga tahun kemudian Tito menyelesaikan pendidikan di PTIK, menjadi yang terbaik di angkatannya, diganjar Bintang Wiyata Cendekia. Pada 1998, Tito menyelesaikan pendidikan di Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland. Pada 2000, Tito lulus Sespim Polri. Juga tercatat sebagai peserta terbaik Lemhannas RI PPSA XVII, dengan imbalan Bintang Seroja. (Metrotvnews, 15/6/2016)
Memulai karier di kepolisian sebagai perwira Samapta Polres Metro Jakarta Pusat, lalu kanit Jatanras Reserse Polres Metro Jakpus (1987—1991), Tito terakhir menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sejak 16 Maret 2016. Sebelum itu Tito menjadi Kapolda Metro Jaya (12 Juni 2015—16 Maret 2016). Tak beda dengan kecemerlangan prestasinya di setiap jenjang pendidikan, karier Tito dalam tugas kepolisian juga gemilang tanpa diwarnai hal-hal yang kontroversial.
Mungkin faktor itulah yang menjadi salah satu dasar penting pertimbangan Presiden untuk menjadikannya calon tunggal Kapolri, meski sebenarnya ada sejumlah perwira tinggi Polri yang lebih senior. Pertimbangan itu bisa dipahami, mengingat pengalaman penentuan calon Kapolri sebelumnya yang cenderung kontroversial sehingga menguras energi bangsa terjebak polemik berlarut-larut.
Untuk itu, kalangan DPR diharapkan bisa memproses cepat pejabat pengganti Kapolri ini, agar tidak keburu dijadikan bola liar oleh pihak-pihak yang punya kepentingan khusus soal siapa yang paling tepat bagi mereka duduk di kursi Kapolri.
Bisa dipahami kalau ada pihak-pihak tertentu punya nama calon tersendiri untuk jabatan tersebut sesuai kepentingannya. Tapi pilihan Presiden kali ini layak dihormati untuk diterima bersama sebagai yang terbaik. ***
0 komentar:
Posting Komentar