USAI pertemuan dengan Presiden Jokowi di Istana, Kamis (9/3/2017), Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan mantap mengatakan kepada wartawan, "Yang penting kita cocok, untuk menyelamatkan negeri ini, negeri Pancasila, saya kira kerja sama politik apa pun itu terbuka." (Kompas, 10/3/2017)
Pernyataan itu amat melegakan, klimaks dari "berbalas pantun" kedua pemimpin yang saling sindir dalam komunikasi politik nasional. Hasil pertemuan itu amat positif, menyapu bersih saling curiga atas kegiatan kedua pihak, menjadi kesalingpercayaan yang bisa menjadi fondasi stabilitas politik nasional.
Hal itu tentu menggembirakan rakyat yang cinta damai, yang tidak suka pada keributan, bising dengan saling silang konflik. Lebih-lebih dengan kedua pemimpin sudah sepaham dan seiring jalan dalam memimpin bangsa, semakin kecil kemungkinan gesekan atau konflik antara barisan pendukung di belakang kedua pemimpin.
Pertemuan itu mengurai tuntas kerisauan SBY yang sempat merasa diinteli, disadap, bahkan dicurigai oleh kubu penguasa berada di balik berbagai gerakan, dari merecoki pemerintahan Jokowi, menyulut isu SARA, sampai makar. Tapi semua itu ternyata cuma prasangka yang jauh dari kebenaran.
Karena itu, setelah terjalin dialog blak-blakan empat mata, yang saling mencurahkan hasrat kepemimpinan kedua tokoh, terjalinlah kesatuan pandang kedua tokoh untuk melangkah bersama membangun negeri dalam asas Pancasila. Kedua pemimpin tampak bisa sama-sama merasakan keresahan yang merasuki rakyat luas atas kemunduran dalam kemasyarakatan berbangsa yang beragam akibat tekanan isu SARA yang cenderung terus menguat.
Dalam hal ini, SBY selain sebagai Presiden ke-6 Republik ini, kini juga berperan sebagai ketua umum Partai Demokrat, yang kuat berorientasi pada Pancasila dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya. Dan alangkah naifnya jika pandangan hidup luhur itu dikorbankan hanya untuk kepentingan sesaat, pemilukada!
Itu yang membuat wajar SBY jadi resah dan ingin segera bertemu Presiden Jokowi untuk menyatukan pandang dan langkah yang lurus di jalan Pancasila. Maka itu, setelah keduanya bertemu, rakyat bisa merasa lega. Karena, simpang siur isu yang mengeksploitasi hoax terkait SARA, akan bisa diturunkan oleh magnet paduan kekuatan kedua kutub lewat mengokohkan kembali implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan politik dan berbangsa.
Itulah simpul pernyataan SBY bahwa keduanya cocok untuk menyelamatkan negeri Pancasila. ***
Hal itu tentu menggembirakan rakyat yang cinta damai, yang tidak suka pada keributan, bising dengan saling silang konflik. Lebih-lebih dengan kedua pemimpin sudah sepaham dan seiring jalan dalam memimpin bangsa, semakin kecil kemungkinan gesekan atau konflik antara barisan pendukung di belakang kedua pemimpin.
Pertemuan itu mengurai tuntas kerisauan SBY yang sempat merasa diinteli, disadap, bahkan dicurigai oleh kubu penguasa berada di balik berbagai gerakan, dari merecoki pemerintahan Jokowi, menyulut isu SARA, sampai makar. Tapi semua itu ternyata cuma prasangka yang jauh dari kebenaran.
Karena itu, setelah terjalin dialog blak-blakan empat mata, yang saling mencurahkan hasrat kepemimpinan kedua tokoh, terjalinlah kesatuan pandang kedua tokoh untuk melangkah bersama membangun negeri dalam asas Pancasila. Kedua pemimpin tampak bisa sama-sama merasakan keresahan yang merasuki rakyat luas atas kemunduran dalam kemasyarakatan berbangsa yang beragam akibat tekanan isu SARA yang cenderung terus menguat.
Dalam hal ini, SBY selain sebagai Presiden ke-6 Republik ini, kini juga berperan sebagai ketua umum Partai Demokrat, yang kuat berorientasi pada Pancasila dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya. Dan alangkah naifnya jika pandangan hidup luhur itu dikorbankan hanya untuk kepentingan sesaat, pemilukada!
Itu yang membuat wajar SBY jadi resah dan ingin segera bertemu Presiden Jokowi untuk menyatukan pandang dan langkah yang lurus di jalan Pancasila. Maka itu, setelah keduanya bertemu, rakyat bisa merasa lega. Karena, simpang siur isu yang mengeksploitasi hoax terkait SARA, akan bisa diturunkan oleh magnet paduan kekuatan kedua kutub lewat mengokohkan kembali implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan politik dan berbangsa.
Itulah simpul pernyataan SBY bahwa keduanya cocok untuk menyelamatkan negeri Pancasila. ***
0 komentar:
Posting Komentar