KUNJUNGAN turis asing ke Indonesia 2016 mencapai 12,023 juta orang, naik 15,54% dari 2015. Pencapaian ini diapresiasi Sekjen United Nation World Tourism Organization (UNWTO) Taleb Rifai saat membuka pertemuan UNWTO 2017 International Years of Sustainable Tourism for Development di Madrid, Spanyol, pekan lalu.
Duta Besar RI di Madrid Yuli Mumpuni Widarso mengaku tersanjung dengan ucapan selamat dari Sekjen UNWTO itu. Pamor Wonderdul Indonesia selama dua tahun dipimpin Menteri Arief Yahya semakin punya tempat di kancah pariwisata global (Metrotvnews, 28/2/2017).
"Jika ingin menjadi global player, harus mengikuti standar global," tegas Arief Yahya. "UNWTO punya banyak hasil kajian, penelitian, dan pengalaman dari banyak negara di dunia dalam menangani pariwisata. Kita tinggal menyamakan atau kalibrasi dengan standar yang mereka buat agar pariwisata kita juga berkelas internasional," tambahnya.
Arief berterima kasih kepada Sekjen UNWTO yang memberi perhatian pada Indonesia. Saat ini ada tiga daerah yang di bawah supervisi UNWTO untuk program sustainable tourism obserbatory, yakni Pangandaran, Jawa Barat; Kulon Progo, Yogyakarta; dan Lombok, NTB.
Menurut Yuli Widarso, dalam pertemuan itu Taleb Rifai memuji keseriusan RI dalam mengembangkan pariwisata sehingga Presiden Joko Widodo menjadikan sektor ini sebagai core ekonomi bangsa.
Itulah intinya, Indonesia telah menjadikan sektor pariwisata core ekonomi bangsa, untuk itu pengelolaan pariwisata harus ditangani dengan standar global.
Di Lampung, perhatian Gubernur dan para kepala daerah untuk memajukan pariwisata sudah memadai. Itu tecermin dari penjelasan Gubernur Ridho Ficardo usai pemutaran film Trinity, The Nekad Traveler di Mahan Agung.
Di lapangan kemajuan itu juga tampak. Hotel bintang kian banyak di daerah ini, bandaranya juga sudah kelas internasional. Jumlah pesawat yang melayani daerah ini cukup. Penyeberangan juga, baik jumlah kapal maupun dermaganya cukup.
Dari semua itu yang masih perlu perhatian serius adalah transportasi dan infrastruktur dari bandara maupun hotel ke lokasi wisata. Untuk ke Way Kambas misalnya, jalan utama lewat Sribhawono masih melalui jeglongan sewu berlumpur, mobil pariwisata yang nyaman masih susah dicari.
Sedang untuk ke Pahawang, Kelumbayan, dan wisata air lainnya, kapal sekelas layanan Batam—Singapura masih perlu diadakan secukupnya agar tidak didominasi perahu kelotok, demi aman dan nyaman sesuai dengan standar global. ***
"Jika ingin menjadi global player, harus mengikuti standar global," tegas Arief Yahya. "UNWTO punya banyak hasil kajian, penelitian, dan pengalaman dari banyak negara di dunia dalam menangani pariwisata. Kita tinggal menyamakan atau kalibrasi dengan standar yang mereka buat agar pariwisata kita juga berkelas internasional," tambahnya.
Arief berterima kasih kepada Sekjen UNWTO yang memberi perhatian pada Indonesia. Saat ini ada tiga daerah yang di bawah supervisi UNWTO untuk program sustainable tourism obserbatory, yakni Pangandaran, Jawa Barat; Kulon Progo, Yogyakarta; dan Lombok, NTB.
Menurut Yuli Widarso, dalam pertemuan itu Taleb Rifai memuji keseriusan RI dalam mengembangkan pariwisata sehingga Presiden Joko Widodo menjadikan sektor ini sebagai core ekonomi bangsa.
Itulah intinya, Indonesia telah menjadikan sektor pariwisata core ekonomi bangsa, untuk itu pengelolaan pariwisata harus ditangani dengan standar global.
Di Lampung, perhatian Gubernur dan para kepala daerah untuk memajukan pariwisata sudah memadai. Itu tecermin dari penjelasan Gubernur Ridho Ficardo usai pemutaran film Trinity, The Nekad Traveler di Mahan Agung.
Di lapangan kemajuan itu juga tampak. Hotel bintang kian banyak di daerah ini, bandaranya juga sudah kelas internasional. Jumlah pesawat yang melayani daerah ini cukup. Penyeberangan juga, baik jumlah kapal maupun dermaganya cukup.
Dari semua itu yang masih perlu perhatian serius adalah transportasi dan infrastruktur dari bandara maupun hotel ke lokasi wisata. Untuk ke Way Kambas misalnya, jalan utama lewat Sribhawono masih melalui jeglongan sewu berlumpur, mobil pariwisata yang nyaman masih susah dicari.
Sedang untuk ke Pahawang, Kelumbayan, dan wisata air lainnya, kapal sekelas layanan Batam—Singapura masih perlu diadakan secukupnya agar tidak didominasi perahu kelotok, demi aman dan nyaman sesuai dengan standar global. ***
0 komentar:
Posting Komentar