ANGGOTA Dewan Perwakilan Daerah (DPD) itu padanannya senator di Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam, posisi senator itu amat terhormat karena dari setiap negara bagian hanya diwakili dua senator, dibanding majelis rendah (DPR) bisa belasan orang per negara bagian, sesuai dengan jumlah distrik (DP-nya). Di Indonesia juga hanya diwakili empat senator setiap provinsi.
Dengan posisi sedemikian terhormat, betapa amat disesalkan kalau senator kita saat sidang paripurna adu jotos. Kalau selama ini kita mengelus dada setiap ada pelajar tawuran, harus mengelus bagian tubuh mana lagi ketika yang tawuran itu para senator?
Bayangkan lagi kalau para senator itu orang terkemuka, ing ngarso sehingga harus sung tulodo, dijadikan teladan. Rakyat yang tut wuri (meniru) dengan perang antarkampung setiap ada masalah di antara mereka. Itu pun mendingan karena warga antarkampung yang tawuran itu bisa diselesaikan masalah mereka, ketika pejabat-pejabat kabupaten turun menengahi. Sedangkan para senator di DPD kita, adu jotosnya terjadi justru setelah mereka tidak peduli pada Mahkamah Agung (MA) yang menengahi konfliknya.
Lebih menyedihkan lagi, kalau tawuran kampung reda ketika datang penengah masalah dari kabupaten, para senator di DPD justru adu jotos setelah ada penengahnya. Bahkan, masalahnya justru memuncak setelah ada penengahan dan adu jotos. Bisa lebih celaka lagi jika masalahnya tidak bisa tuntas diselesaikan sampai masa baktinya berakhir.
Atas semua itu, kita rakyat pemilih tentu tak punya wewenang mencampuri urusan para wakil daerah yang dipilih oleh rakyat itu. Jadi, satu-satunya yang mungkin bisa dilakukan rakyat pemilih adalah mempersilakan para senator tersebut memuaskan diri dengan bertengkar terus. Silakan! Asal jangan lupa, memikirkan dan memperjuangkan kepentingan daerah yang diwakilinya.
Untuk itu, sebaiknya introspeksi dulu, berhitung dulu, sudah seberapa besar hasil perjuangan dirinya bagi daerahnya selama dalam posisi mewakili daerah tersebut. Lalu, hasilnya diukur atau dinilai sendiri, sudah cukup sebandingkah itu dengan kehormatan posisi yang didapatnya selama ini. Untuk selanjutnya jangan berkecil hati, kalau ada warga menilai bahwa apa yang telah dia hasilkan bagi daerahnya masih jauh sebanding dari kehormatan yang diberikan padanya.
Karena itu, jangan tersinggung pula kalau ada warga meminta agar para senator kembali duduk manis di posisinya, jangan bertengkar dan berantem melulu seperti anak kecil. ***
Dengan posisi sedemikian terhormat, betapa amat disesalkan kalau senator kita saat sidang paripurna adu jotos. Kalau selama ini kita mengelus dada setiap ada pelajar tawuran, harus mengelus bagian tubuh mana lagi ketika yang tawuran itu para senator?
Bayangkan lagi kalau para senator itu orang terkemuka, ing ngarso sehingga harus sung tulodo, dijadikan teladan. Rakyat yang tut wuri (meniru) dengan perang antarkampung setiap ada masalah di antara mereka. Itu pun mendingan karena warga antarkampung yang tawuran itu bisa diselesaikan masalah mereka, ketika pejabat-pejabat kabupaten turun menengahi. Sedangkan para senator di DPD kita, adu jotosnya terjadi justru setelah mereka tidak peduli pada Mahkamah Agung (MA) yang menengahi konfliknya.
Lebih menyedihkan lagi, kalau tawuran kampung reda ketika datang penengah masalah dari kabupaten, para senator di DPD justru adu jotos setelah ada penengahnya. Bahkan, masalahnya justru memuncak setelah ada penengahan dan adu jotos. Bisa lebih celaka lagi jika masalahnya tidak bisa tuntas diselesaikan sampai masa baktinya berakhir.
Atas semua itu, kita rakyat pemilih tentu tak punya wewenang mencampuri urusan para wakil daerah yang dipilih oleh rakyat itu. Jadi, satu-satunya yang mungkin bisa dilakukan rakyat pemilih adalah mempersilakan para senator tersebut memuaskan diri dengan bertengkar terus. Silakan! Asal jangan lupa, memikirkan dan memperjuangkan kepentingan daerah yang diwakilinya.
Untuk itu, sebaiknya introspeksi dulu, berhitung dulu, sudah seberapa besar hasil perjuangan dirinya bagi daerahnya selama dalam posisi mewakili daerah tersebut. Lalu, hasilnya diukur atau dinilai sendiri, sudah cukup sebandingkah itu dengan kehormatan posisi yang didapatnya selama ini. Untuk selanjutnya jangan berkecil hati, kalau ada warga menilai bahwa apa yang telah dia hasilkan bagi daerahnya masih jauh sebanding dari kehormatan yang diberikan padanya.
Karena itu, jangan tersinggung pula kalau ada warga meminta agar para senator kembali duduk manis di posisinya, jangan bertengkar dan berantem melulu seperti anak kecil. ***
0 komentar:
Posting Komentar