HASIL hitung cepat sejumlah lembaga survei menunjukkan angka seragam di kisaran 58% kemenangan bagi pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017—2022. Selamat datang gubernur dan wakil gubernur baru DKI Jakarta!
Kemenangan pasangan Anies-Sandi cukup dramatis bukan hanya karena harus melalui dua putaran pilkada, melainkan lebih lagi dengan kenyataan sampai pekan terakhir survei berbagai lembaga menyebut kepuasan warga terhadap kinerja pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok-Djarot Syaiful Hidayat masih pada posisi 70%. Tapi, akhirnya terbukti, kepuasan atas kinerja tersebut tak ada relevansinya dengan pilihan politik warga.
Hal terpenting dari berbagai survei terakhir menjelang pencoblosan yang mengalahkan arti tingginya kepuasan terhadap kinerja petahana itu adalah faktor kesamaan agama dengan pasangan Anies-Sandi. Tepatnya, faktor primordial telah menjadi penentu dalam pemenangan suatu pilkada.
Justru dorongan memperkuat faktor primordial itulah yang paling dramatis dalam pilkada kali ini. Serangkai penggerakan massa amat besar dari seantero negeri, dari aksi 411 hingga 212, menjadi pengalaman pertama dalam sejarah demokrasi di negeri ini. Proses ini layak dicatat sebagai dinamika politik dalam demokrasi Indonesia.
Kerasnya proses mendorong primordialisme tersebut, baik berupa retorika kasar dalam aksi massa lapangan maupun lebih lagi serangan kampanye negatif dengan bahasa yang kurang pantas terhadap petahana di media sosial, perlu mendapat perhatian tersendiri. Khususnya, dari para tokoh partai pengusung dan pemenang pilkada itu sendiri, untuk ke depan membimbing massa dengan tata krama berbudaya politik yang lebih santun.
Lebih penting lagi bagi pemenang Pilgub DKI Jakarta ini memulihkan kembali hubungan sosial masyarakat yang sempat tercabik selama kampanye, bagaimana agar biduk lalu kiambang bertaut. Bukan hanya dalam retorika, melainkan membuktikan gubernur terpilih sebagai gubernur semua golongan, memelihara kebinekaan dalam kesatuan.
Selanjutnya, proyek-proyek pembangunan fasilitas publik Jabodetabek yang sedang berjalan bisa dilanjutkan, seperti light rapid transport (LRT) dengan jalan layang yang panjang (Sentul—Jakarta—Bekasi) dan mass rapid transport (MRT) termasuk dengan kereta bawah tanahnya, dan penambahan jaringan trans-Jakarta. Semua itu jalan keluar dari kemacetan di Jakarta. Jadi, jangan ganti gubernur, proyek gubernur lama dibongkar. ***
Hal terpenting dari berbagai survei terakhir menjelang pencoblosan yang mengalahkan arti tingginya kepuasan terhadap kinerja petahana itu adalah faktor kesamaan agama dengan pasangan Anies-Sandi. Tepatnya, faktor primordial telah menjadi penentu dalam pemenangan suatu pilkada.
Justru dorongan memperkuat faktor primordial itulah yang paling dramatis dalam pilkada kali ini. Serangkai penggerakan massa amat besar dari seantero negeri, dari aksi 411 hingga 212, menjadi pengalaman pertama dalam sejarah demokrasi di negeri ini. Proses ini layak dicatat sebagai dinamika politik dalam demokrasi Indonesia.
Kerasnya proses mendorong primordialisme tersebut, baik berupa retorika kasar dalam aksi massa lapangan maupun lebih lagi serangan kampanye negatif dengan bahasa yang kurang pantas terhadap petahana di media sosial, perlu mendapat perhatian tersendiri. Khususnya, dari para tokoh partai pengusung dan pemenang pilkada itu sendiri, untuk ke depan membimbing massa dengan tata krama berbudaya politik yang lebih santun.
Lebih penting lagi bagi pemenang Pilgub DKI Jakarta ini memulihkan kembali hubungan sosial masyarakat yang sempat tercabik selama kampanye, bagaimana agar biduk lalu kiambang bertaut. Bukan hanya dalam retorika, melainkan membuktikan gubernur terpilih sebagai gubernur semua golongan, memelihara kebinekaan dalam kesatuan.
Selanjutnya, proyek-proyek pembangunan fasilitas publik Jabodetabek yang sedang berjalan bisa dilanjutkan, seperti light rapid transport (LRT) dengan jalan layang yang panjang (Sentul—Jakarta—Bekasi) dan mass rapid transport (MRT) termasuk dengan kereta bawah tanahnya, dan penambahan jaringan trans-Jakarta. Semua itu jalan keluar dari kemacetan di Jakarta. Jadi, jangan ganti gubernur, proyek gubernur lama dibongkar. ***
0 komentar:
Posting Komentar