Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Membedah Moralitas Republikan!

DALAM membedah buku Moralitas Republikan karya Willy Aditya di kantin Universitas Malahayati, Minggu (2/4), mencuat trilogi moralitas. Ketiga dimensi trilogi itu dalam kesatuan totalitas yang berintikan ketahanan.

Pertama, ketahanan dalam tetap menapak di dalam jalur kaidah dan norma yang dijunjung publik baik itu hukum, agama, adat-istiadat, maupun tata krama dalam kehidupan warga! Ketahanan dalam jalur ini membuat orang tidak menyerempet tabu, larangan, atau pantangan seperti korupsi, narkoba, skandal seks, serta batu ujian lainnya bagi setiap penggiat kebajikan, pengabdi kepentingan publik semisal di dunia politik. Dimensi ini menghadirkan keteguhan pendirian dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip yang telah disepakati dalam perjuangan.

Kedua, ketahanan secara fisik dan mental seperti olahragawan yang bertanding habis-habisan. Dimensi moralitas ini menempa keuletan berjuang, pantang menyerah sampai tetes darah penghabisan.

Ketiga, ketahanan spirit mencapai tujuan. Dimensi moralitas ketiga ini membuat orang kreatif mencari jalan keluar dari setiap hambatan, sekaligus memberi kemampuan untuk menciptakan peluang agar perjuangan bisa selalu menapak ke depan, tidak stagnan.

Dengan trilogi moralitas itu, pejuang selalu teguh pada pendirian dalam mengimplementasikan prinsip, dengan keuletan berjuang pantang menyerah mengatasi tantangan, disertai ketahanan daya kreativitas yang terus tumbuh untuk mencapai tujuan. Dengan itu, ibarat main catur, langkah perjuangan kagak ada matinye.

Trilogi moralitas itu relevan dengan buku Willy Aditya yang memotret perjuangan Surya Paloh dengan Partai NasDem yang republikan, mewujudkan negara demokrasi yang maju dengan mengimplementasikan gagasan Trilogi Restorasi Indonesia, yakni menyejahterakan rakyat, membangun bangsa yang bermartabat, dan negara Indonesia yang kuat.

Dengan trilogi moralitas itu terlihat solidnya jajaran Partai NasDem dalam mengemban prinsip perjuangan, ulet dan tangguh menjalankan kreativitas pimpinan dalam memosisikan partainya sebagai antitesis dari realitas warisan Orde Baru berupa demokrasi yang hanya formalitas menjaga kekuasaan militer dan Golkar, maupun dua priode awal reformasi yang hanya menjadi ajang politik transaksional elite.

Perjuangan itu ditampilkan lewat aktualisasi kreativitas politik tanpa mahar, koalisi tanpa syarat, menolak dana saksi pileg dari negara, dan berbagai teroboson khas Partai NasDem dalam realitas dinamika politik. ***

0 komentar: