WACANA Indonesia sebagai poros maritim dunia dikemukakan Presiden Joko Widodo di KTT One Belt One Road (OBOR) atau Jalur Sutra Baru di Tiongkok, Senin (15/5/2017), signifikan menjadikan ASEAN poros jalur sutra maritim. Jalur sutra baru gagasan Tiongkok dibahas KTT OBOR, dihadiri 29 kepala negara/kepala pemerintahan.
Menurut Jokowi, Indonesia sebagai zona ekonomi maritim terbesar di dunia terletak di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, memiliki peran yang penting dan strategis. Jokowi mengajak para kepala negara bersama-sama memujudkan jalur sutra baru sebagaimana disampaikan Presiden Xi Jinping.
"Mari kita perlihatkan kepada dunia bahwa kita benar-benar membangun visi kita secara konkret," tegas Jokowi. (MI, 16/5/2017)
Tiongkok berambisi mendominasi ekonomi dunia lewat program jalur sutra baru (OBOR), baik jalur darat lewat Asia Tengah tembus ke Eropa maupun jalur maritim seperti dinasti Tiongkok dahulu. Lewat KTT itu Presiden Xi Jinping menjanjikan 114 miliar dolar AS atau Rp1.649 triliun untuk membangun infrastrukrur hingga konektivitas jalur sutra baru. (detik-finance, 16/5/2017)
Mendasari optimisme Tiongkok untuk itu, oleh China Railway Corporation telah selesai dibangun rel kereta api sepanjang 12.070 km dari Kota Yiwu di Provinsi Zhejiang, ke London, Inggris. Perjalanan kereta barang yang diberi nama East Wind ini dari Tiongkok ke Inggris dan sebaliknya membawa 88 kontainer produk untuk dipasarkan di negeri-negeri tujuan telah berjalan sejak Januari 2017. Dengan kereta api lebih cepat 30 hari dibanding kapal laut.
Gagasan jalur sutra baru didukung investasi membangun infrastruktur dan jaringan bisnis di berbagai belahan dunia itu otomatis bakal menguatkan jaringan logistik dunia usaha Tiongkok menjangkau kota-kota penting dunia, sekaligus membangun lingkungan bisnis yang cerah bagi negeri-negeri wilayah OBOR.
Untuk itu, bagaimana para pengusaha kawasan OBOR bisa mengantisipasi perkembangan, menarik manfaat besar ekspansi Tiongkok bagi kemajuan masyarakat negerinya. Bukan malah sinis pada kehadiran Tiongkok hingga pada akhirnya justru benar-benar mendominasi ekonomi negerinya.
Usaha menarik manfaat dari kehadiran investasi itu kuncinya, apalagi Jokowi dan Xi Jinping sudah menandatangani kesepakatan realisasi kemitraan strategis komprehensif Indonesia—Tiongkok 2017—2021, kerja sama ekonomi dan teknik, serta pendanaan proyek kereta cepat Jakarta—Bandung senilai 4,498 miliar dolar AS. ***
"Mari kita perlihatkan kepada dunia bahwa kita benar-benar membangun visi kita secara konkret," tegas Jokowi. (MI, 16/5/2017)
Tiongkok berambisi mendominasi ekonomi dunia lewat program jalur sutra baru (OBOR), baik jalur darat lewat Asia Tengah tembus ke Eropa maupun jalur maritim seperti dinasti Tiongkok dahulu. Lewat KTT itu Presiden Xi Jinping menjanjikan 114 miliar dolar AS atau Rp1.649 triliun untuk membangun infrastrukrur hingga konektivitas jalur sutra baru. (detik-finance, 16/5/2017)
Mendasari optimisme Tiongkok untuk itu, oleh China Railway Corporation telah selesai dibangun rel kereta api sepanjang 12.070 km dari Kota Yiwu di Provinsi Zhejiang, ke London, Inggris. Perjalanan kereta barang yang diberi nama East Wind ini dari Tiongkok ke Inggris dan sebaliknya membawa 88 kontainer produk untuk dipasarkan di negeri-negeri tujuan telah berjalan sejak Januari 2017. Dengan kereta api lebih cepat 30 hari dibanding kapal laut.
Gagasan jalur sutra baru didukung investasi membangun infrastruktur dan jaringan bisnis di berbagai belahan dunia itu otomatis bakal menguatkan jaringan logistik dunia usaha Tiongkok menjangkau kota-kota penting dunia, sekaligus membangun lingkungan bisnis yang cerah bagi negeri-negeri wilayah OBOR.
Untuk itu, bagaimana para pengusaha kawasan OBOR bisa mengantisipasi perkembangan, menarik manfaat besar ekspansi Tiongkok bagi kemajuan masyarakat negerinya. Bukan malah sinis pada kehadiran Tiongkok hingga pada akhirnya justru benar-benar mendominasi ekonomi negerinya.
Usaha menarik manfaat dari kehadiran investasi itu kuncinya, apalagi Jokowi dan Xi Jinping sudah menandatangani kesepakatan realisasi kemitraan strategis komprehensif Indonesia—Tiongkok 2017—2021, kerja sama ekonomi dan teknik, serta pendanaan proyek kereta cepat Jakarta—Bandung senilai 4,498 miliar dolar AS. ***
0 komentar:
Posting Komentar