MARAWI, yang dijuluki “kota muslim”, kota berpenduduk lebih 200 ribu jiwa mayoritas muslim di Mindanao, sepekan lalu berubah menjadi medan konflik bersenjata paling mematikan di Filipina Selatan. Militer Filipina, Minggu (28/5/2017), menyebut milisi Haute dipimpin Isnilon Hapilon yang berbaiat setia ke Islam State of Iraqi and Syria (ISIS) mengeksekusi 19 warga sipil.
Di antara warga sipil itu, ada tiga perempuan dan seorang anak telah terkonfirmasi. Mayat mereka ditemukan di dekat Universitas Negeri Mindanao. Dengan korban terakhir ini jumlah korban sejak berlakunya darurat militer yang ditetapkan Presiden Duterte, Selasa (23/5/2017), menjadi 97 orang.
"Mereka ini semuanya warga sipil. Kami menemukan mayat mereka saat melakukan operasi penyelamatan, Sabtu," kata juru bicara militer wilayah Mindanao Letnan Kolonel Joar Herera kepada kantor berita Prancis AFP. (Kompas.com, 28/5/2017)
Menurut Menteri Pertahanan Delfin Lorenza, anggota kelompok Maute menyerbu Marawi City sebagai respons rencana penangkapan Isnilon Hapilon. Baku tembak pecah sehari sebelum penetapan darurat perang, kelompok Maute membakar sejumlah fasilitas kota, Gereja Santa Maria, penjara kota, sekolah Ninoy Aquino, dan Kolese Dansalan. "Sejumlah rumah penduduk juga dilaporkan ikut dibakar. Kelompok Maute menguasai jalanan utama Merawi, Quezon Street, dan dua jembatan dalam kota," ujar Lorenza.
Seluruh aliran listrik terputus di kota itu, para penembak jitu kelompok Maute berada di mana-mana, tambah Lorenza.
Jaksa Agung Jose Calida menyatakan di Davao, Jumat (26/5/2017). "Apa yang terjadi di Mindanao bukan lagi pemberontakan oleh warga Filipina. Peristiwa itu telah berubah menjadi invasi orang-orang asing," kata Calida.
Calida mengatakan terdapat warga Malaysia, Indonesia, Singapura serta orang asing lainnya yang bergabung dengan kelompok Maute di Marawi. Orang-orang asing itu mendapat panggilan dari ISIS untuk berangkat ke Mindanao mendirikan sebuah "wilayat" atau provinsi ISIS jika mereka tak bisa berperang di Irak atau Suriah.
Pemerintah Filipina mengakui sangat sulit menghentikan krisis ini, sebab anggota militan itu bergerak dari satu rumah ke rumah lain, memasang bom rakitan di jalanan, serta menyandera warga.
Marawi itu hanya lima jam perjalanan laut atau 10 menit penerbangan dari perbatasan dengan Indonesia. Jaringan ISIS pun sudah sering melakukan pengeboman di Indonesia. Artinya, musuh paling berbahaya itu sudah di balik pagar rumah kita. ***
"Mereka ini semuanya warga sipil. Kami menemukan mayat mereka saat melakukan operasi penyelamatan, Sabtu," kata juru bicara militer wilayah Mindanao Letnan Kolonel Joar Herera kepada kantor berita Prancis AFP. (Kompas.com, 28/5/2017)
Menurut Menteri Pertahanan Delfin Lorenza, anggota kelompok Maute menyerbu Marawi City sebagai respons rencana penangkapan Isnilon Hapilon. Baku tembak pecah sehari sebelum penetapan darurat perang, kelompok Maute membakar sejumlah fasilitas kota, Gereja Santa Maria, penjara kota, sekolah Ninoy Aquino, dan Kolese Dansalan. "Sejumlah rumah penduduk juga dilaporkan ikut dibakar. Kelompok Maute menguasai jalanan utama Merawi, Quezon Street, dan dua jembatan dalam kota," ujar Lorenza.
Seluruh aliran listrik terputus di kota itu, para penembak jitu kelompok Maute berada di mana-mana, tambah Lorenza.
Jaksa Agung Jose Calida menyatakan di Davao, Jumat (26/5/2017). "Apa yang terjadi di Mindanao bukan lagi pemberontakan oleh warga Filipina. Peristiwa itu telah berubah menjadi invasi orang-orang asing," kata Calida.
Calida mengatakan terdapat warga Malaysia, Indonesia, Singapura serta orang asing lainnya yang bergabung dengan kelompok Maute di Marawi. Orang-orang asing itu mendapat panggilan dari ISIS untuk berangkat ke Mindanao mendirikan sebuah "wilayat" atau provinsi ISIS jika mereka tak bisa berperang di Irak atau Suriah.
Pemerintah Filipina mengakui sangat sulit menghentikan krisis ini, sebab anggota militan itu bergerak dari satu rumah ke rumah lain, memasang bom rakitan di jalanan, serta menyandera warga.
Marawi itu hanya lima jam perjalanan laut atau 10 menit penerbangan dari perbatasan dengan Indonesia. Jaringan ISIS pun sudah sering melakukan pengeboman di Indonesia. Artinya, musuh paling berbahaya itu sudah di balik pagar rumah kita. ***
0 komentar:
Posting Komentar