Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

RI Dapat Predikat Layak Investasi

http://lampost.co/berita-ri-dapat-predikat-layak-investasi
 
 
INDONESIA akhirnya mendapat predikat layak investasi atau investment grade dari lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P). Predikat itu dicapai setelah S&P menaikkan peringkat utang Indonesia dari BB+ menjadi BBB-/stable outlook, per 19 Mei 2017.
Sebelumnya, lembaga pemeringkat Fitch Rating telah lebih dahulu menaikkan rating kredit Indonesia menjadi BBB-stable. Malah Moody's Investor Service memperbaiki rating kredit Indonesia dari stabil menjadi positif (Baa3-stable). Artinya, ketiga lembaga pemeringkat kredit inernasional tersebut telah sepaham bahwa Indonesia layak investasi.
S&P menyatakan penilaian itu didasarkan pada rencana belanja pemerintah yang lebih realistis berpotensi menekan defisit anggaran. S&P memperkirakan rasio utang terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) berada di level moderat di 30% dari PDB.
Salah satu tantangan adalah menaikkan penerimaan pajak karena melemahnya harga komoditas. Pemerintah terpaksa memangkas anggaran (Rp133,8 triliun pada RAPBNP 2016) untuk menjaga defisit anggaran di bawah 3% dari PDB. Dalam lima tahun terakhir hingga 2016, rata-rata defisit Indonesia terjaga di level 2,2% (BeritaSatu, 19/5).
S&P juga memuji keberhasilan program amnesti pajak Indonesia dan mendukung reformasi subsidi yang dilakukan pemerintah, khususnya pada pengurangan subsidi listrik untuk keluarga mampu. Namun, S&P masih menyoroti masalah korupsi sebagai isu yang bisa menghambat pertumbuhan ekonomi dan investasi.
Kelemahan Indonesia pada perekonomian yang tergantung kelas menengah ke bawah, ketergantungan impor komoditas dan rentan goncangan eksternal. PDB per kapita Indonesia diproyeksikan 3.800 dolar AS pada 2017 dengan tren pertumbuhan 4% per tahun. Perekonomian Indonesia masih bergantung pada permintaan domestik, sementara nilai ekspor tergerus turunnya harga komoditas.
Predikat layak investasi dari tiga lembaga itu bakal membuat lebih ramai minat berinvestasi ke negeri kita, utamanya daerah sesuai prioritas potensinya. Lampung, misalnya, prioritas industri manufaktur yang mengolah hasil bumi lokal.
Dalam pemilikan usaha, pastikan setiap investor yang masuk bekerja sama dengan pengusaha lokal. Modal pengusaha lokal untuk bekerja sama itu dibantu bank dengan kredit berbunga rendah. Dengan begitu, ramainya investasi masuk tak membuat masyarakat daerah cuma jadi penonton.
Kalau bisa buat seperi klub bola, selalu lebih banyak pemain lokal dari pemain asingnya. ***
 

0 komentar: