SISTEM pendidikan di Indonesia ini agak lucu. Ujian nasional (UN) yang seharusnya menjadi amalan akhir atas pengetahuan yang diperoleh siswa selama masa belajar, dilakukan justru menjadi pengalaman pertama ujian memakai komputer (UNBK). Kecukupan komputer yang mau dipakai ujian pun baru disiapkan hari-hari terakhir menjelang pelaksanaan UNBK.
Untung saja, murid-murid sekolah lanjutan umumnya sudah akrab dengan teknologi digital lewat peranti telepon seluler (hape) sehingga tidak terlalu shock mendapat kejutan dalam UNBK. Namun, tetap perlu dicatat, para murid itu mengenal teknologi digital bukan lewat sekolah! Bahkan sebaliknya, banyak sekolah menengah yang menerapkan aturan melarang murid membawa hape ke sekolah. Aturan ini dilengkapi sanksi keras buat murid yang melanggar.
Kenyataan itu layak mendorong perubahan pandangan sekolah terhadap peranti teknologi informasi atau lazim disebut digital. Bahkan, ditinjau dari relevansi zamannya, era digital menguasai nyaris segala seluk-beluk kehidupan tanpa kecuali dunia pendidikan, mungkin sudah saatnya dipikirkan untuk memasuki sistem pendidikan berbasis digital.
Soal alatnya, setiap belajar siswa memakai sebuah hape ukuran tablet, bisa didapat dari dana bantuan pemerintah, dari pengalihan belanja buku, dan biaya operasional sekolah (BOS) lainnya yang bisa dihemat dengan pendidikan berbasis digital. Semua murid bisa membaca buku-buku pelajaran digital yang disediakan negara secara daring (dalam jaringan) untuk semua kelas dan mata pelajaran.
Sementara itu guru, juga mengajar cukup dengan membuka modul silabus sesuai jadwal yang tersedia lewat daring. Saluran sinyal untuk setiap sekolah cukup memakai Wi-Fi, tidak perlu beli pulsa.
Pemberlakuan sistem pendidikan berbasis digital ini membawa pendidikan nasional move on dari sistem lamanya yang terbukti selalu tertinggal jauh dari negara tetangga (tertinggal 50 tahun dari Singapura). Juga, meninggalkan berbagai kecenderungan kurang baik dalam proses belajar-mengajar lama dengan berbagai ketimpangan kualitatif guru antarsekolah dalam penguasaan materi ajar. Dengan sistem modul silabus yang bisa disimak guru sejak jauh hari sebelum tiba jadwal materinya, pemerataan kualitatif itu bisa diatasi.
Sudah tentu banyak hal bisa melangkah maju, baik pada murid maupun guru dengan sistem pendidikan berbasis digital, yang membawa pendidikan nasional memasuki masa kini yang berorientasi masa depan—tidak berkutat di masa lalu terus. ***
Kenyataan itu layak mendorong perubahan pandangan sekolah terhadap peranti teknologi informasi atau lazim disebut digital. Bahkan, ditinjau dari relevansi zamannya, era digital menguasai nyaris segala seluk-beluk kehidupan tanpa kecuali dunia pendidikan, mungkin sudah saatnya dipikirkan untuk memasuki sistem pendidikan berbasis digital.
Soal alatnya, setiap belajar siswa memakai sebuah hape ukuran tablet, bisa didapat dari dana bantuan pemerintah, dari pengalihan belanja buku, dan biaya operasional sekolah (BOS) lainnya yang bisa dihemat dengan pendidikan berbasis digital. Semua murid bisa membaca buku-buku pelajaran digital yang disediakan negara secara daring (dalam jaringan) untuk semua kelas dan mata pelajaran.
Sementara itu guru, juga mengajar cukup dengan membuka modul silabus sesuai jadwal yang tersedia lewat daring. Saluran sinyal untuk setiap sekolah cukup memakai Wi-Fi, tidak perlu beli pulsa.
Pemberlakuan sistem pendidikan berbasis digital ini membawa pendidikan nasional move on dari sistem lamanya yang terbukti selalu tertinggal jauh dari negara tetangga (tertinggal 50 tahun dari Singapura). Juga, meninggalkan berbagai kecenderungan kurang baik dalam proses belajar-mengajar lama dengan berbagai ketimpangan kualitatif guru antarsekolah dalam penguasaan materi ajar. Dengan sistem modul silabus yang bisa disimak guru sejak jauh hari sebelum tiba jadwal materinya, pemerataan kualitatif itu bisa diatasi.
Sudah tentu banyak hal bisa melangkah maju, baik pada murid maupun guru dengan sistem pendidikan berbasis digital, yang membawa pendidikan nasional memasuki masa kini yang berorientasi masa depan—tidak berkutat di masa lalu terus. ***
0 komentar:
Posting Komentar