AKHIR April 2017, pemimpin Katolik dunia, Paus Fransiskus ke Mesir atas undangan Grand Syeikh Al-Azhar, Ahmad El-Tayeb. Dua pemimpin lintas agama ini menggelar konferensi internasional bertema "Risalah Perdamaian Dunia dari Imam Besar dan Paus Vatikan".
Kedua tokoh agama ini duduk bersama membicarakan kesamaan dalam dua agama samawi. Bukan bicara siapa paling benar, namun bicara kesamaan misi dari kedua agama, yaitu membawa perdamaian. (Herry Setiawan, Media Diskusi Rakyat/FB, copas tulisan Fazal Himam 1/5/2017)
Konsep toleransi agama yang berpengaruh, hadir dari Muhammad Abduh (1849-1905), pemimpin redaksi media cetak ternama di Mesir yang kritiknya tajam pada pemerintah. Kala itu, Khilafah Turki Usmani tengah digerogoti penjajah Barat dari dalam. Banyak orang asing digaji besar dalam pemerintahan, sedang rakyat jelata diberi upah sangat kecil. Gagasan kritis Abduh menyadarkan masyarakat, dan menyulut protes luas.
Dampaknya, para pejabat asing diganti. Namun, Abduh dipenjarakan dengan tuduhan bersekongkol dengan pemberontak, kemudian diusir dari Mesir. Ia hijrah ke Suriah, Beirut, Paris, dan London. Bersama Jamaluddin Al-Afghani, Abduh menerbitkan jurnal mingguan Uswatul Wutsqa, yang mengingatkan masyarakat agar waspada pada Barat yang ingin menjajah Timur. Sambil mengelola jurnal, Abduh membentuk komunitas antaragama Islam, Kristen dan Yahudi. Tujuannya, agar melalui dialog ketiganya tidak terjadi radikalisme atas nama membela agama. Abduh Sadar, salah satu cara melemahkan negara adalah melalui politik adu domba, terutama melalui baju agama.
Gagasan Abduh diteruskan salah satu muridnya, Muhammad Al-Ahmadi Al-Dzawahiri. Grand Syaikh Al-Azhar ke-32 ini mengundang negara-negara lain dalam konferensi internasional mencari solusi masalah kemanusiaan. Untuk menebar spirit Islam toleran Al-Azhar, Al-Dzawahiri menerbitkan majalah Nur al-Islam, yang kemudian namanya jadi Majallat al-Azhar.
Grand Syaikh Ahmad Al-Tayeb adalah penerus ulama toleran-progresif Al-Azhar. Selain berfatwa dan mempraktikkan sendiri boleh bermakmum dengan imam Syi'ah, Al-Tayeb datang ke gereja bersama para ulama Al-Azhar di hari Natal. Ia berkata, "mengucapkan selamat kepada nonmuslim di hari rayanya adalah ajaran Islam".
Dan kini ia duduk bersama Imam Besar Katolik untuk bicara tentang pesan perdamaian dalam agama samawi. Al-Azhar mengajarkan nilai-nilai ketuhanan, di saat sama mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan. ***
Konsep toleransi agama yang berpengaruh, hadir dari Muhammad Abduh (1849-1905), pemimpin redaksi media cetak ternama di Mesir yang kritiknya tajam pada pemerintah. Kala itu, Khilafah Turki Usmani tengah digerogoti penjajah Barat dari dalam. Banyak orang asing digaji besar dalam pemerintahan, sedang rakyat jelata diberi upah sangat kecil. Gagasan kritis Abduh menyadarkan masyarakat, dan menyulut protes luas.
Dampaknya, para pejabat asing diganti. Namun, Abduh dipenjarakan dengan tuduhan bersekongkol dengan pemberontak, kemudian diusir dari Mesir. Ia hijrah ke Suriah, Beirut, Paris, dan London. Bersama Jamaluddin Al-Afghani, Abduh menerbitkan jurnal mingguan Uswatul Wutsqa, yang mengingatkan masyarakat agar waspada pada Barat yang ingin menjajah Timur. Sambil mengelola jurnal, Abduh membentuk komunitas antaragama Islam, Kristen dan Yahudi. Tujuannya, agar melalui dialog ketiganya tidak terjadi radikalisme atas nama membela agama. Abduh Sadar, salah satu cara melemahkan negara adalah melalui politik adu domba, terutama melalui baju agama.
Gagasan Abduh diteruskan salah satu muridnya, Muhammad Al-Ahmadi Al-Dzawahiri. Grand Syaikh Al-Azhar ke-32 ini mengundang negara-negara lain dalam konferensi internasional mencari solusi masalah kemanusiaan. Untuk menebar spirit Islam toleran Al-Azhar, Al-Dzawahiri menerbitkan majalah Nur al-Islam, yang kemudian namanya jadi Majallat al-Azhar.
Grand Syaikh Ahmad Al-Tayeb adalah penerus ulama toleran-progresif Al-Azhar. Selain berfatwa dan mempraktikkan sendiri boleh bermakmum dengan imam Syi'ah, Al-Tayeb datang ke gereja bersama para ulama Al-Azhar di hari Natal. Ia berkata, "mengucapkan selamat kepada nonmuslim di hari rayanya adalah ajaran Islam".
Dan kini ia duduk bersama Imam Besar Katolik untuk bicara tentang pesan perdamaian dalam agama samawi. Al-Azhar mengajarkan nilai-nilai ketuhanan, di saat sama mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan. ***
0 komentar:
Posting Komentar